Bioinformatika merupakan ilmu yang mempelajari teknik komputasional dalam menganalisis informasi biologi. Peran nya penting dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari farmasi hingga kedokteran. Pengembangannya di indonesia masih belum terlalu masif. Namun dilatarbelakangi oleh kekayaan biodiversitas Indonesia, peneliti mulai menyambangi keilmuan ini secara lintas bidang.
Dr Wisnu Ananta Kusuma, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Komputer menyebut, Indonesia dapat menjadi pusat agrobiodiversitas, namun masih terdapat gap. Ia mengaku, fitofarmaka yang dihasilkan oleh Indonesia masih sangat minim.
“Seharusnya, Indonesia dapat menjadi sumber penghasil jamu dan obat herbal terstandar di dunia. Hal ini menjadi tantangan bagi para peneliti untuk menjadikan kekayaan alam Indonesia sebagai kekuatan,” kata Dr Wisnu Ananta Kusuma, dosen IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, pergeseran paradigma komputasi ke paradigma data digerakkan oleh perkembangan budaya manusia. Ia pun menyebut, terobosan saintifik dan komputasi tingkat tinggi dapat memacu eksplorasi data. Hal ini karena data bersifat multidimensi dan multiformasi, kolaborasi antar peneliti secara lintas bidang menjadi sangat penting.
Di tengah pertumbuhan data bioinformatika, lanjut Dr Wisnu, Indonesia dinilai masih tertinggal dalam sisi database. Ia mengaku, masih banyak peneliti yang kurang memanfaatkan data tersebut sebagai bahan penelitian ataupun pengembangan riset. Big data bioinformatika mudah ditemukan di berbagai situs internasional, namun database yang dikembangkan oleh Indonesia masih belum ada.
“Seandainya semua orang bergotong royong memanfaatkan bermacam alat canggih untuk satu persatu melakukan sekuensing komoditas di Indonesia, kemudian menyimpannya dalam database, seharusnya pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan untuk membuat database seperti NCBI,” kata Dr Wisnu dalam Webinar Kepakaran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, “Peran Bioinformatika dalam Penelitian Terkini dan Potensi Kolaborasi IPTEK Lintas Bidang, 29/9.
Pakar bioinformatik IPB University itu pun menjelaskan, komponen dasar riset-riset bioinformatika adalah teknologi Omics. Teknologi ini meliputi genomik, transkriptomik, proteomik, dan metabolomik.
“Omics ini menjadi paradigma baru pada penelitian molekuler. Berbagai terobosan di sektor pertanian dan pengobatan menggunakan data Omics tersebut,” katanya.
Dr Wisnu juga mengatakan, bioinformatika memerlukan ilmu teknik rekayasa untuk membangun tools dan aplikasi yang dimanfaatkan oleh peneliti di berbagai bidang. Namun demikian, perlu dilakukan secara sistematis dan terukur serta dapat dievaluasi.
“Dari perspektif orang komputer, bioinformatika hanya memiliki dua perspektif yakni komputasi dan repositori sehingga nanti menghasilkan informasi baru. Informasi ini yang kemudian dianalisis lebih lanjut oleh para peneliti,” tambahnya,
Dr Wisnu mengaku, bioinformatika penting demi memahami asosiasi antara fenotipe dan genotipe. Asosiasi tersebut dapat diterapkan bagi prediksi obat sesuai profil genetik pasien hingga perbanyakan tanaman berbasis genom.
Terkait bionformatika, saat ini Trop BRC IPB University telah melakukan berbagai riset di bidang bioinformatika. Di antaranya pencarian protein signifikan terkait inflamasi pada COVID-19 menggunakan metode skyline. Penelitian lainnya berupa pencarian protein atau gen Brown Adipose Tissue untuk menangani obesitas hingga pencarian mekanisme senyawa herbal. Tidak hanya itu, beberapa prinsip bioinformatika diimplementasikan dalam pembuatan software IJAH Analytics untuk memprediksi senyawa herbal potensial. (IPB)
Baca juga : Krim Anti Jerawat Dari Kulit Durian Karya Mahasiswa UB
Discussion about this post