Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) menyelenggarakan webinar dengan tema “Ramuan Herbal dan Suplemen Kesehatan untuk Isolasi Mandiri Penderita Covid-19. Webinar yang diselenggarakan melalui Zoom dan Youtube ini menghadirkan tiga pembicara utama yaitu, Prof. Dr. apt. Berna Elya, M,Si., selaku Guru Besar FFUI, Dr. apt. Fadlina Chany Saputri. M.Si, selaku Dosen FFUI, dan Prof. Dr. apt. Aprilita Rina Yanti Eff, M.Biomed, selaku Guru Besar Program Studi Farmasi FIKES Universitas Esa Unggul. Acara ini merupakan webinar ke 11 dalam rangkaian webinar Dies Natalies FFUI ke 10.
Dalam sambutannya, Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt selaku dekan FFUI menyebut Indonesia memiliki potensi herbal yang dapat dimanfaatkan untuk meredam keganasan Covid-19. “Seperti misalnya jahe merah dan sambiloto. Bahkan terakhir, sambiloto di Thailand sudah dilakukan uji klinis ternyata hasilnya memberikan harapan untuk perbaikan klinis bagi dari penderita Covid-19,” ujar Mahdi.
Prof. Berna dalam sesi pemaparannya menyebut masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman sebagai obat-obatan sudah dimulai sejak ribuan tahun lalu. Salah satunya adalah penggunaan jamu yang telah tergambar di Candi Borobudur. Bahkan pada 2017 tercatat sekitar 2.848 tanaman obat dan 32.014 ramuan obat yang telah dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Obat tradisional atau herbal sendiri merupakan ramuan atau olahan bahan alami baik tumbuhan, hewan, atau campurannya yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan.
Berdasarkan keputusan KBPOM tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alami Indonesia, obat herbal digolongkan menjadi tiga macam. Jenis pertama ialah jamu. Kedua adalah obat herbal terstandar, yaitu obat herbal yang sudah dibuktikan melalui uji pra-klinik. Kemudian yang terakhir adalah fitofarmaka, yaitu obat herbal yang sudah dibuktikan melalui uji klinik.
Penderita Covid-19 secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu tanpa gejala, gejala ringan atau sedang, dan gejala berat atau kritis. Penderita yang memiliki gejala ringan dan tanpa gejala masih diperbolehkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Penggunaan obat tradisional atau herbal disarankan untuk penderita bergejala ringan atau tanpa gejala karena memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah menjaga daya tahan tubuh , penurun panas, pereda nyeri, pereda radang, pereda batuk, antidiare, dan antimual atau muntah.
Beberapa obat herbal yang dapat digunakan untuk meredakan gejala Covid-19 adalah herba sambiloto sebagai penjaga daya tahan tubuh dan penurun panas, buah lada dan daun mint untuk pereda nyeri, daun seledri untuk pereda radang, rimpang jahe dan kencur untuk pereda batuk dan antimual, dan juga daun jambu biji sebagai antidiare.
Dalam sesi selanjutnya, Prof. Aprilita membawakan materi tentang ramuan herbal untuk isolasi mandiri Covid-19. “Saat ini memang tidak pengobatan spesifik untuk Covid-19.” “Peneliti di sini berusaha mencari cara terbaik untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit, termasuk salah satunya menggunakan obat herbal,” ujar Prof. Aprilita.
Pada sesi tersebut, Prof. Aprilita menjelaskan beberapa ramuan herbal (jamu) yang bisa digunakan untuk mengatasi gejala Covid-19 ringan dan menjaga daya tahan tubuh. Formula pertama terdiri dari jahe merah dua ruas jari, jeruk nipis satu buah, kayu manis tiga jari, gula merah secukupnya, dan air tiga cangkir. Formula pertama tersebut dapat digunakan untuk menghangatkan tubuh hingga membantu meredakan nyeri. Lalu formula selanjutnya terdiri dari kunyit satu ruas jari, lengkuas satu ruas jari, jerukk nipis satu buah, gula merah secukupnya, dan air sebanyak tiga cangkir. Formula ini berguna sebagai immunomodulator dan memodulasi respon imun.
Dalam penggunaan jamu untuk penanganan Covid-19, terdapat empat hal yang perlu diperhatikan. Pertama, keamanan produk harus sudah terjamin. Meskipun jamu sudah digunakan sejak lama, tetapi belum ada bukti bahwa penggunaan jamu untuk pasien Covid-19 aman. Oleh karena itu penggunaan jamu hanya berfokus untuk menghilanhkan gejala saja sehingga harus tetap ditambah dengan obat konvensional. Kedua, bukti keamanan dan khasiat jamu harus diperoleh berdasarkan uji klinis. Ketiga, efek farmakologi obat herbal dan jamu secara molekular belum diketahui secara pasti. Data yang tersedia saat ini masih sebatas in silico atau pengujian berbasis komputer. Terakhir, jamu dan obat-obatan herbal secara umum tidak boleh digunakan dalam kondisi darurat, termasuk pada fase akut infeksi virus.
Sesi pemaparan selanjutnya dilanjutkan oleh Dr. Fadlina yang membawakan materi tentang penggunaan suplemen kesehatan untuk isolasi mandiri. Dr. Fadlina menjelaskan bahwa penggunaan suplemen baik konvensional maupun herbal hanya bersifat suporting tetapi juga penting karena berkaitan langsung dengan sistem imun. Sistem imun manusia sangat bergantung terhadap masukan nutrisi sehingga jika nutrisi yang didapat tubuh kurang maka akan menurunkan efektivitas sistem imun sehingga menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi.
Untuk mempersiapkan sistem imun jikalau terdapat patogen yang masuk sehingga menyebabkan penyakit maka kebutuhan nutrisi harus dipenuhi tiap saat. Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut, penggunaan suplemen berupa vitamin dan mineral akan sangat membantu. “Ini sangat perlu bagi kita untuk mempersiapkan tubuh kita dengan supporting agent berupa vitamin dan mineral untuk memberikan feeding untuk sistem imun kita, sehingga kalau ternyata takdirnya kita kena tidak menjadi berat, kalau muncul gejala pun itu ringan,” jelas Dr. Fadlina.
Penderita Covid-19 dengan gejala ringan sebetulnya tidak membutuhkan antivirus. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan suplemen dan obat herbal akan cukup untuk membantu sistem imun tubuh mengatasi infeksi. Suplemen yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi juga tidak harus berupa suplemen konvensional seperti yang banyak dipasarkan. Bisa juga melalui buah-buahan dan sayur-sayuran yang dikonsumsi secara cukup. Jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik maka ada konsekuensinya bagi tubuh. Sebagai contoh, jika kekurangan vitamin A maka sistem imun akan rentan terhadap masuknya patogen ke dalam tubuh.
Penulis: Almas Bimantara (UI)
Baca Juga : Keseimbangan Baru Indonesia
Discussion about this post