Dilahirkan di Dieppe, Prancis, pada 15 Agustus 1892, Louis-Victor Pierre-Raymond duc de Broglie, atau yang lebih dikenal sebagai Louis de Broglie, adalah fisikawan Prancis dan peraih penghargaan Nobel. Louis de Broglie belajar di Lycee Janson de Sailly di Paris, dan mendapat gelar dalam ilmu sejarah pada 1909. Setelah itu, pada 1910, ia masuk Universitas Paris untuk menyalurkan minatnya dalam ilmu pengetahuan. Ketertarikannya pada ilmu pengetahuan itu, menurut dirinya sendiri, “Karena terpengaruh oleh filsafat dan buku-buku Henry Poincare (matematikawan besar Prancis).”
Studinya di Universitas Paris sempat terputus karena berkecamuknya Perang Dunia I. Akhirnya, pada usia 32, de Broglie meraih gelar doktornya dalam fisika teori, dengan tesis tentang gelombang partikel, yang mengemukakan bahwa benda bergerak memiliki sifat gelombang yang melengkapi sifat partikelnya. Setelah itu ia mengajar di Universitas Paris dan Institut Henry Poincare pada 1928.
Awalnya sang pangeran ingin menjadi sastrawan. Terlahir dari keluarga bangsawan Prancis yang sangat termasyhur. Kakek, ayah, dan kakak laki-lakinya semuanya adalah anggota Akademi Prancis yang bergengsi. Louis de Broglie menerima gelar kesarjanaan pertamanya dalam bidang sejarah. Louis muda telah memperoleh gelar dalam sejarah dan sedang mempersiapkan diploma lebih tinggi dibidang sastra. Rupanya sains juga seni tingkat tinggi. Ia membaca karya Henri Poincare tentang teori chaos. Dia sangat terkesan dan memutuskan untuk mengambil sains. Dan ia membayangkan bidang sains kealaman menjadi kariernya. Dia memperoleh ijazah bidang sains pada tahun 1913 dan melanjutkan penelitiannya di laboratorium swasta yang didirikan oleh kakak Maurice de Broglie. Perang Dunia Pertama pecah pada tahun 1914. Louis melibatkan diri dalam bela Negara sebagai tentera dan bertugas menjadi pengembang dan pelaksana komunikasi radio dalam perang dunia pertama 1914-1918.
Pada akhir perang, Louis de Broglie melanjutkan studinya, dan mengambil bidang fisika. Kelebihan para anak bangsawan di Eropa ketika itu adalah dilengkapi sangat kuat dengan matematika dan seni. Jadi seorang yang berminat di bidang sastra kemudian melompat ke “sastra alam” tidaklah begitu berat. Louis rupanya sangat menaruh minat pada karya-karya fisika eksperimetal yang dilakukan oleh kakak laki-lakinya, Maurice. Dia coba menjelaskan hasil yang diperoleh sang kakak. Fisika eksperimen membutuhkan penjelasan dari fisika teoretis. Jadilah duo de Broglie pasangan yang saling mengisi. Louis mengkaji khusus aspek kuantisasi gelombang dan punya ide melihat aspek gelombang dari partikel. Pada tahun 1924 di Fakultas Ilmu Pengetahuan di Universitas Paris, Louis mempertahankan desertasi “Recherches sur la Théorie des Quanta” (Penelitian tentang teori kuantum), yang membuatnya mendapatkan gelar doktor. Tesis ini berisi serangkaian temuan penting yang telah diperolehnya selama sekitar dua tahun. Desertasi doktoralnya mengemukakan usulan bahwa benda yang bergerak memiliki sifat gelombang yang melengkapi sifat partikelnya. Gagasan tersebut merupakan gagasan yang pertama kali. Gagasan baru itu terkonfirmasi sepenuhnya dengan penemuan difraksi elektron oleh kristal pada tahun 1927 oleh Davisson dan Germer. Hasil eksperimen depraksi ini mengkonfirmasi teori de Broglie dan menghantarkannya pada 1929 menerima Hadiah Nobel Fisika.
Louis de Broglie sang profesor dari Fakultas Sains di Paris menjadi pemenang pertama Hadiah Kalinga UNESCO pada tahun 1952 sebagai pengakuan atas karyanya untuk mempopulerkan sains. Di antara karya-karyanya yang diterbitkan adalah: Materi dan Cahaya, Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Fisika Modern, Gelombang, Corpuscles dan Mekanika Gelombang: Fisika dan Mikro-Fisika, Perspektif Baru dalam Fisika Mikro, Di Jalur Ilmu Pengetahuan dan Kepastian serta Ketidakpastian Ilmu Pengetahuan. Louis de Broglie veteran perang dunia pertama itu dianugerahi Salib Besar Legiun Kehormatan, -atas jasanya dalam perang-, dan diangkat pulan menjadi Penasihat Komisi Energi Atom Prancis pada tahun 1945. Doktor Honoris Causa diterimanya dari banyak universitas di dunia seperti Warsawa, Bukares, Athena, Lausanne, Quebec dan Brussels. Honoris Causa untuk orang hebat seperti Louis de Broglie akan mengangkat nama Universitas, dan sayapun heran Doktor HC itu tak ia peroleh dari satupun universitas di Prancis. Hasil perenungan “sastrawan fisika” itu telah membuahkan banyak teknologi modern saat ini, salah satunya adalah mikroskop elektron.
Muhammad Nur ( Guru Besar Fisika UNDIP)
Discussion about this post