Siapakah Mereka? Tentu bukan manusia biasa. Koruptor adalah hasil dari proses bentukan “mesin canggih” bernama Ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, ketahanan dan keamanan) yang disimpangkan, sehingga mampu menyusun mekanisme korupsi terstruktur, sistemik, dan berirama bagaikan “orchestra”.
Siapakah Mereka? Yaitu pandai berkata moral, integritas, dan berpenampilan memesona. Gambar mereka terpajang menampilkan kebagusan dan kecantikan di setiap sudut kota. Mereka mampu mewujudkan harapan warga untuk menghaluskan jalan, membagi sembako, dan segala macam cara membagi rizki di plosok-plosok desa. Mereka bisa cepat mengibarkan bendera di setiap terjadi bencana.
Siapakah Mereka? Sedemikian rupa menjadi berbeda, exlusive. Tampak gagah, cantik, murah senyum saat tampil di layar kaca atau media massa. Mereka kadang suka berderma. Seperti yang dipersepsikan Stern-Gillet (1995), manusia yang memiliki berkeutamaan (virtuous man) yang saling membantu dalam pertemanan yang baik (virtuous friendship). Begitu kompak persaudaraan mereka. Tapi sayang, mereka lengah.
Siapakah Mereka? Sosok yang sangat dihormati, teridentifikasi menjadi elit di setiap komunitas. Senang berbagi, menjadi rujukan masyarakat, dan pandai memperluas pengaruh (the expanded self). Mereka selalu diutamakan dari yang lain. Sebagaimana Aristotle menyatakan “...if as the virtuous man is to himself, he is to his friend also (for his friend is another self)...” Artinya, orang berkeutamaan (virtuous man) akan ditempatkan seorang teman sebagai “diri yang lain” (another self). Karena mereka pandai menciptakan instrumen kekuasaan dan opini di media. Seakan diri mereka lebih luas dari pada batas-batas alam.
Siapakah Mereka? Begitu loyal, berintegritas dan kompak dalam geng yang menggambarkan militansi, solidaritas, dan rela berkorban. Mereka termasuk manusia yang mampu melakukan stabilisasi mempertahankan identitas diri. Yaitu sadar tentang keadaan diri yang membawa nilai-nilai menyimpang. Dari aspek moral dan segi kejiwaan, mereka termasuk manusia terburuk, namum dianggap universal yang terekspresikan untuk korupsi.
Siapakah Mereka? Sosok pandai bertransaksi di manapun pasar berada. Entah di Istana, Senayan, Pendapa, kebun, hutan, sawah, laut, gunung, dan pasar mana lagi. Mereka adalah para penguasa pasar. Mereka menjadi pelaku transaksi di pasar berskala desa sampai ibu kota Negara. Bagi mereka, Negara adalah pasar raksasa tempat mereka bertransaksi.
Siapakah Mereka? Profil kalian sering tampak peduli pada masyarakat untuk mewujudkan berkeadilan. Namun, mereka selalu mengupayakan semua anggota masyarakat terjebak dalam persekutuan. Mereka kalian ikat, sehingga tak akan mampu membatalkan “perselingkuhan”. Kalian membersamai mereka sampai korupsi tercapai.
Siapakah Mereka? Kalian bukan pencuri biasa. Yaitu orang yang ingin hidup seribu tahun lagi. Ingin selalu aman dan nyaman meski mencuri berkali-kali. Sangking begitu aman dan yaman, Negara mereka beli sampai termasuk orang-orangnya. Entah pejabat dan rakyat, birokrasi dan regulasi, termasuk penjaga keamanannya. Semua kalian beli. Sendainya kalian di bui, kalian tetap asyik-asyik.
Siapakah Mereka? Mereka berada di antara para penguasa yang berkuasa. Seolah mereka pembuat polecy. Seakan mereka pembuat regulasi. Seakan kalian pemilik birokrasi. Ternya mereka adalah “suruhan”. Ternyata kalian adalah “boneka”. Yang awalnya mereka sebagai “pemalak”, berikutnya mereka juga sedang “dipalak”.
Siapakah Mereka? Menjadi merdeka di negara bukan milik nenek moyang mereka. Mereka pemilik negara yang telah di”swasta”kan. Mereka adalah penumpang gelap di negara merdeka yang sedang “diperjualbelikan”.
Hardiwinoto (Ekonom, Wakil Rektor 2 Universitas Muhammadiyah Semarang)
Baca Juga : Sistem Statistik Nasional Untuk Data Berkualitas
Discussion about this post