Dari berbagai studi sebelum ada pandemi covid19 dunia sedang menghadapi setidaknya 8 megatrends, yaitu: dunia yang semakin padat, perubahan jenis dan pola pekerjaan, kesenjangan keterampilan antara kebutuhan dengan dunia pendidikan, urbanisasi yang terus meningkat, pengetatan imigrasi dari negara maju, perubahan lanskap ekonomi, kesenjangan ekonomi begara maju dan negara berkembang, serta tekanan bujet di hampir semua negara. Hal ini belum termasuk masalah lingkungan hidup, kemiskinan dan kesehatan serta pandemi covid19 yang semua itu tentu saling kait mengait.
Semua persoalan itu harus menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk secara serius mencari jalan keluarnya. Bagaimana pun harus disadari bahwa umumnya orang melanjutkan pendidikan sampai tingkat universitas adalah untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Para mahasiswa berharap perguruan tinggi dapat menghantarkannya ke dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya. Selain tentunya ada bidang-bidang yang disenangi para mahasiswa. Tetap mereka berkeingan agar setelah lulus mendapat penghasilan di atas rataan UMR.
Untuk menjawab tujuan ekonomi para mahasiswa tersebut tentunya dosen harus membuka dirinya untuk selalu belajar. Mereka harus selalu “meng-update” (memperbahrui) materi-materi perkuliahan dikaitkan dengan permasalahan yang terjadi. Belum lagi pola pembelajaran harus disesuaikan dengan perubahan teknologi yang luar biasa cepat. Saat ini, akibat pandemi covid19 seluruh dosen terpaksa merubah pola tatap muka menjadi tatap layar dan berdialog dengan mahasiswa lewat jaringan (online atau daring). Pendidikan berbasis “self-learning” untuk orang dewasa menjadi keharusan untuk selalu dipelajari.
Pendekatan berbasis kasus (case base learning, experiential learning) berbasis student-centered saat ini menjadi keharusan. Para mahasiswa dilatih untuk terbiasa diskuski, menyampaikan pendapat, menerima perbedaan pendapat dan cara pandang, mampu mendengarkan, dan mencari kebenaran bersama (objective truth). Bukan “subjective truth” yang cenderung menyalahkan orang lain. Seolah-olah hanya dirinya yang benar atau “egoic truth”.
Walaupun tentunya mahasiswa harus menguasai bidang keilmuan sesuai dengan program studinya, mereka harus terbiasa dengan transdisiplin. Saat ini hampir tidak ada monodisiplin yang tidak memerlukan disiplin keilmuan lainnya. Semua saling berkaitan dan saling melengkapi. Pengetahuan sebagai “hard competence” hampir tidak ada gunanya bila mahasiswa tidak mempunyai “soft competence”. Itulah peranan kampus, memadukan soft-compotence dan hard-competence terlatih dan berkembang.
Program MBKM
Pada tahun 2020, Pemerintah mengeluarkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian menjadi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Program ini merupakan bentuk percepatan untuk mendekatkan Perguruan Tinggi dengan industri dan masyarakat dalam membentuk science based society. Kesenjangan antara universitas dan dunia luar memang sudah cukup lama terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Melalui MBKM kesenjangan itu diharapkan mengecil. Sehingga para lulusan perguruan tinggi tidak merasa asing dengan perkembangan di dunia luar terutama industri.
Dalam konsep MBKM ini kampus dengan kekuatan tridharma harus melakukan penguatan, perluasan, dan pengembangan yang melibatkan mahasiswa selain dosen dalam berbagai kegiatan industri dan masyarakat seperti:
- Kampus mengajar dapat melibatkan para dosen dan mahasiswa untuk menjadi guru atau asisten guru di satuan pendidikan dari SD sampai SMA/K sekolah-sekolah termasuk sekolah swasta yang diakui pemerintah;
- Proyek Desa dapat melibatkan para dosen dan mahasiswa di desa-desa bisa berupa KKN atau kegiatan lainnya yang ada di desa;
- Magang dan Studi Independen Bersertifikat di berbagai perusahaan atau lembaga penyelenggara pelatihan;
- Program kewirausahaan mahasiswa secara lebih realistik dengan berbagai tantangan dan kendalanya;
- Penelitian-penelitian untuk mencari solusi persoalan industri dan masyarakat secara lebih intensif;
- Pelatihan-pelatihan untuk para guru dalam berbagai metode pembelajaran berbasis outcome dan kebiasaan menulis makalah ilmiah dari kajian-kajian di sekitar sekolah;
- Kampus bersama industri, pihak sekolah, dan pemerintahan melakukan pelatihan bersama tentang Good Corporate Governance, Good Foundation Governance, Good Universisty Governance, dan Good School Governance;
- Kampus bersama Kementerian, Pemerintah Daerah, Sektor Bisnis, Media Sosial dan Masyarakat berusaha mewujudkan Sustainable Development Goals Indonesia:
- Kampus, industri swasta, BUMN, pemeribtah harus bekerjasama dalam membina para pemuda sebagai bonus demografi dalam mempersiapkan Indonesia Emas 2045.
Program Pembelajaran Digital
Di era Revolusi Industri 4.0 kita menghadapi berbagai tantangan dunia yang semakin menuntut keunggulan kompetitif. Saat ini, akibat pandemi covid19, kita menjadi terbiasa dengan “virtual learning” yakni proses pembelajaran non-konvensional berbasis teknologi digital. Pembelajaran berbasis digital ini bukan saja sekedar memindahkan tempat dari fisik ke virtual. Tetapi memang lebih komprehensif dengan memanfaatkan berbagai ketersediaan sumber daya belajar dari perguruan tinggi dalam dan luar negeri serta lembaga-lembaga lainnya, juga berbagai kemudahan sehingga pembelajar dapat mencari ilmu dari mana saja, kapan saja dan dengan alat IT apa saja. Dengan demikian kampus dapat memanfaatkan pendidikan digital ini setidaknya untuk mata kuliah dan atau program studi, setidaknya dengan pola campuran (blended learning). Model “People University” tidak perlu lagi banyak regulasi yang dibebankan kepada universitas. Biarkan kampus-kampus mencari modelnya sendiri ke arah “innovation base industry” di masyarakat. Sehingga orang-orang benar-benar mencari ilmu, jejaring, pengalaman melalui proses pendidikan. Bukan sekedar mencari gelar.
Mahasiswa dan juga dosen dituntut menjadi pembelajar yang gesit (agile learner) dengan ciri cepat, lincah, terbuka, siap berkolaborasi, rendah hati alias tidak sombong. Mereka akan terus memegang perilaku mulia (akhlaqul karimah) dan PMA (Positive Mental Attitude) menerapkan sains dan teknologi menuju rahmatan lilalamin. Mereka selalu berpikir untuk mencari solusi dari kompleksitas masalah. Berusaha selalu mempermudah dari masalah yang sulit, bukan mempersulit masalah yang mudah. Berpikir sederhana dengan arah yang jelas, bukan berbelit-belit membuat persoalan semakin kusut.
Kerjasama Dalam dan Luar Negeri
Sistem kolaborasi dibutuhkan dalam dunia yang serba cepat dan terdisrupsi ini. Melalui kerjasama setidaknya Quadruple Helix Collaboration, yang terdiri dari perguruan tinggi, dunia usaha dan dunia industri (DUDI), masyarakat, dan media, UAI terus berupaya meningkatkan berbagai kegiatan seperti:
- Program Credit Earning Activity (CEA) dengan berbagai kampus baik dalam maupun luar negeri, seperti PTN dan PTN BH, UIN, PTS di Indonesia dan luar negeri. Model PPMDN (Program Pertukaran Mahasiswa Dalam Negeri) dan IISMA (Indonesia International Student Mobility Award) perlu diperluas, diperbanyak dan dipersering;
- Riset dan Pengabdian masyarakat dengan lembaga-lembaga mitra, BUMN, Kementerian dan Pemprov/Pemkab/kota serta mitra internasional.
Kolaborasi dan kerjasama ini dilakukan dalam rangka knowledge production, knowledge application di industri dan masyarakat, research and development, sehingga terjadi reducing gap. Kita berprinsip berilmu amaliah dan beramal ilmiah untuk mencapai keberkahan di muka bumi ini.
Inovasi
Saat ini inovasi sudah menjadi kebutuhan. Kampus tanpa inovasi tidak akan lama masa hidupnya, ditinggalkan pelamar. Inovasi dan kewirausahaan adalah saudara kembar. Keduanya harus hidup di kampus. Untuk itu para dosen pun dituntut terus dengan pendekatan baru dalam pembelajaran dan tridharma lainnya.
Inovasi juga harus menjadi darah tridharma perguruan tinggi.
- Pendidikan: optimalisasi digital learning memungkinkan mahasiswa belajar dari mana saja, kapan saja, dengan alat apa saja dan dari berbagai sumber daya belajar baik dalam kampus internal UAI maupun luar kampus UAI dalam dan luar negeri termasuk Coursera, IdX, dan MOOCs lainnya.
- Pendidikan Jarak Jauh dengan memanfaatkan dosen, guru, serta fasilitas unit-unit sekolah dan balai-balai pelatihan di seluruh Indonesia untuk meningkatkan mutu kompetensi SDM Indonesia. Para karyawan juga harus terus belajar melalui program campuran atau Blended/Hybrid Learning.
- Penelitian; untuk memahami perkembangan peradaban manusia akibat perkembabgan super cepat dari teknologi. Kombinasi antara matematika, statistika, AI, mechine learning cloud computing dan ilmu komputer dapat mempercepat terbukanya rahasia perilaku manusia melalui bioinformatika, mengkaji model untuk peningkatan efisiensi berbagai ekonomi dan bisnis, memahami persoalan dan mencari jalan keluar permasalahan kesehatan seperti covid19 saat ini, serta menerapkan teknologi digital dalam lingkungan hidup, sosial, politik, dan kemasyarakatan agar kehidupan menjadi sederhana dengan tetap memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas kehidupan. Selain itu, kampus serta pemerintah dan sektor swasta harus terus memikirkan capaian SDGs melalui riset-riset dalam blue economy dan “endogenous growth theory” khas Indonesia. Tipe riset dasar dan terapan untuk SDGs, ekonomi biru dan ekonomi endogen ini harus menjadi tradisi kampus dalam koridor payung riset sesuai dengan lokasi universitas.
- Pengabdian masyarakat secara luas di berbagai daerah melalui kerjasama Q-helix akan menjadi prioritas. Namun kampus jangan melupakan daerah lingkar kampus termasuk pembinaan para pedagang kaki lima sekitar kampus dalam menerapkan prinsip kesehatan dan keamanan pangan, akuntansi sederhana, dan manajemen warung yang lebih modern.
Tridharma dalam koridor MBKM akan memberikan dampak positif bagi para mahasiswa, dosen, guru, industri, pemerintahan, dan masyarakat. Universitas dan mitra-mitra quadruple helix menjadi model masyarakat belajar (learning society) yang terus tumbuh secara sehat. Masyarakat yang terus tumbuh saling menghormati, saling belajar, saling berbagi dalam kerangka collective truth yang sehat dalam koridor Indonesia yang menjunjung tinggi bhineka tunggal ika.
Marilah kita bersama-sama berdoa untuk kemajuan Universitas di Indonesia agar mampu berkontribusi terhadap pembangunan nasional dan SDGs melalui Tridharma Perguruan Tinggi. Mampu menjadi produsen IPTEK, Inovasi dan pusat riset unggulan. Universitas dan lembaga lainnya perlu perkuat kerjasama agar menjadi bagian dari solusi persoalan dunia. Tanpa kolaborasi seluruh komponen bangsa kita akan sulit membangun peradaban dunia berbasis sains dan teknologi. Untuk itu bersatulah seluruh komponen bangsa agar Indonesia menjadi model peradaban dunia. Aamiin.
Penulis : Rektor Universitas Al Azhar Indonesia(UAI) /Guru Besar IPB
Baca Juga : Belajar Dari Guru Prof. Andi Hakim Nasoetion
Discussion about this post