Academic Health System (AHS) adalah sistem integrasi kerja sama yang terdiri atas institusi pendidikan kesehatan, riset, pemerintah daerah, dan rumah sakit pendidikan. Konsep ini berusaha mengintegrasikan antara institusi pendidikan kesehatan dengan Rumah Sakit Pendidikan ke dalam suatu sistem dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan. Intergrasi ini biasanya dilakukan dalam bentuk kolaborasi dan penerapan riset antara universitas dengan rumah sakit.
Dalam pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul “Translasi Inovatif Urologi melalui Academic Health System dalam Tata Laksana Infertilitas Laki-laki dan Batu Ginjal,” Prof. dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D., mengatakan salah satu manfaat terbesar implementasi AHS dalam bidang kesehatan adalah inovasi pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y (MDY), pengembangan teknik mikroligasi varikokelektomi, dan teknik pengambilan sperma microTESE serta biopsi pemetaan testis pada laki-laki penderita infertilitas.
Pemeriksaan MDY sebelumnya hanya dapat dilakukan untuk kegiatan penelitian. Dengan adanya AHS, saat ini jenis pemeriksaan ini dapat dilakukan secara rutin untuk mendeteksi kelainan gen pada pasien infertilitas laki-laki, sehingga upaya pencegahan dan penanganan pasien dapat dilakukan sejak dini.
Saat ini, AHS memungkinkan terjadinya kerja sama antara Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Fakultas Kedokteran UI (FKUI) untuk menemukan tata laksana pembedahan varikokel untuk memperbaiki parameter sperma, serta meningkatkan angka kehamilan dan kelahiran hidup bagi pasien infertilitas laki-laki. Selain itu, dengan adanya AHS, Bagian Urologi FKUI-RSCM berhasil mengembangkan teknik pembedahan varikokel mikroligasi varikokelektomi dengan luka minimal. Varikokel merupakan kondisi pembesaran pembuluh darah vena pada kantung buah zakar, dan merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pada laki-laki.
“Sebelumnya, teknik ini sudah dikembangkan di luar negeri untuk membantu pasien-pasien dengan azoospermia (kondisi tidak ditemukannya sperma pada air mani saat seorang pria ejakulasi). Dengan adanya AHS, kerja sama dengan instansi luar negeri dapat menjadi lebih mudah, sehingga teknik ini dapat diterapkan di Indonesia dengan cara mengambil sperma pada pasien-pasien dengan hasil pengambilan sperma TESE konvensional negatif sebelumnya,” ujar Ponco.
AHS juga memungkinkan terjadinya inovasi dalam bidang penyakit ginjal dan saluran kemih. Sebagian kasus batu ginjal memerlukan pengangkatan batu ginjal secara aktif melalui operasi mengeluarkan batu kemih, salah satunya adalah teknik Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL). PCNL memiliki kelebihan berupa tindakan minimal invasif dengan luka operasi hanya sekitar 1,5 cm – 2 cm, namun memiliki kekurangan yaitu tingginya paparan radiasi akibat sinar X selama operasi bagi pasien dan tim operasi.
Kerja sama antara FKUI dan RSCM menghasilkan teknik operasi PCNL tanpa sinar X pada penderita batu ginjal. Teknik ini memiliki keunggulan berupa paparan radiasi nol karena menggunakan Ultrasonografi (USG), dan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan teknik konvensional yang menggunakan sinar X dan alat baloon dilator. Dengan adanya teknik ini, maka layanan PCNL dimungkinkan untuk dilakukan di fasilitas kesehatan rumah sakit tipe C atau bahkan tipe D sehingga diharapkan layanan penanganan batu ginjal dapat lebih mudah diakses oleh masyarakat di banyak rumah sakit di Indonesia.
“Dari perspektif Fakultas Kedokteran, AHS akan membantu terjalinnya kerja sama riset yang menghasilkan inovasi dengan standar tinggi, sedangkan dari perspektif rumah sakit pendidikan AHS akan menghasilkan layanan kesehatan berbasis bukti, serta mendapatkan penerapan hasil riset terkini dari dunia pendidikan. Terlebih dari itu, AHS dapat menghasilkan learning health system yang berkesinambungan serta menghasilkan terobosan untuk meningkatkan kualitas layanan disertai dengan efisiensi sumber daya rumah sakit. Di atas itu semua, manfaat terbesar dari AHS akan dirasakan oleh masyarakat, karena AHS akan sangat membantu dalam menyelesaikan banyak permasalahan kesehatan,” ujarnya.
Pemaparan tentang AHS dan manfaatnya bagi penyakit infertilitas dan penyakit ginjal di Indonesia ini dipaparkan oleh Ponco Birowo pada kegiatan pengukuhan guru besar yang berlangsung pada Sabtu (16/10). Kegiatan ini disiarkan secara virtual di kanal Youtube Universitas Indonesia dan dihadiri berbagai tamu undangan seperti Prof. Dr. H. Boediono, B.Sc., M.Ec. (Wakil Presiden Republik Indonesia 2009-2014), Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P. (Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek), dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K) (Direktur Utama RSCM), dr. Ivan Rizal Sini, MD, FRANZOG, GDRM, MMIS, Sp.OG.( President Commisioner Bunda Medik Healthcare System).
Ponco pernah menjabat sebagai Wakil Dekan II FKUI Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi pada periode 2014-2017 dan saat ini tengah menjabat sebagai Ketua Indonesian Society of Endourology (InaSE) sejak tahun 2019. Ia juga pernah meraih beberapa penghargaan, seperti Juara 1 Innovation Award RSCM dengan judul inovasi “Teknik Operasi PCNL Posisi Supine Tanpa X Ray dengan Menggunakan Alken Telescopic Metal Dilator” dan ia juga pernah meraih Grant For Medical Research European Society for Sexual Medicine Characterization of Smooth Muscle Tone Regulation in the Human Seminal Vesicle. Dalam kurun waktu 1999-2021, Ponco telah mempublikasikan 56 karya ilmiah, baik di dalam jurnal internasional maupun nasional terkait bidang urologi. (UI)
Baca Juga : Dosen UMSIDA Lakukan Inovasi Aplikasi Akuntansi UMKM
Discussion about this post