Pada tanggal 19 Juni 2021 pukul 19.00 sampai dengan pukul 22.30, Forum Guru Besar dan Doktor Alumni HMI mengadakan sebuah webinar tentang Prof. Mochtar Kusumaatmadja. Panitia yang dikoordinasikan oleh Kang Jana meminta saya dan Ibu Yani motik sebagai moderator. Amanah ini saya terima dengan senang hati. Menjadi kebanggaan yang luar biasa dapat menjadi moderator membahas tokoh sekaliber Prof. Mochtar. Para testimoninya juga adalah tokoh-tokoh diplomat senior yang luar biasa dan sempat menjadi bagian dari kegiatan Prof. Mochtar sebagai akademisi, ilmuwan, Menteri di masa orde baru, dan pemikir transdisiplin berbasis ilmu hukum itu. Mereka adalah murid dan teman sejawat yang sempat dibimbing dan berdialog langsung dengan Prof. Mochtar. Suatu pengalaman yang sangat berharga.
Testimoni dimulai dengan telaah ketokohan Prof. Mochtar dalam wawasan nusantara, ilmu hukum, dan hubungan internasional yang dipaparkan oleh Prof. Tirta Mursitama, Wakil Rektor Binus. Sangat sistematis, jelas, singkat dan padat. Luar biasa.
Testimoni disampaikan oleh para tokoh nasional yang sempat dekat dengan Prof. Mochtar. Mereka antara lain Prof. Hasjim Djalal, Prof. Bagir Manan, Dr. Hasan Wirayuda, Nugroho Wisnumurti SH LLM, Prof. Etty Agoes, Prof. Makarim Wibisono, Dr. Damos Agusman, Dr. Nazaruddin Nasution, Prof. Ganjar Kurnia, dan Ir. Sarwono Kusumaatmadja.
Jangankan bagi para ilmuwan hukum, hubungan internasional, dan diplomat, saya saja yang berada di luar bidang-bidang tersebut mengenal para testimoni itu dari pemikirannya yang mereka tuangkan dalam tulisan-tulisan di berbagai media atau sebagai nara sumber. Atau juga dari berita kiprah mereka di kancah percaturan politik dunia. Adapun ketokohan Prof. Mochtar sering saya lihat di layar TV dan media cetak sejak awal orde baru. Waktu itu saya masih SMP, SMA, dan S1 di IPB. Sering saya merasa kagum melihat sosok Prof. Mochtar bila muncul di layar kaca.
Testimoni dilengkapi oleh adik kandung Prof. Mochtar yakni Ir. Sarwono yang juga tokoh nasional. Sempat menjadi Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pembinaan Aparatur Negara di zaman Orde Baru serta Menteri Kelautan dan Perikanan waktu Gus Dur jadi Presiden. Ir. Sarwono sepertinya mempunyai DNA diplomasi yang handal, mirip kakaknya. Piawai dan selalu segar bila berdiskusi dengan Pak Sarwono ini. Bawaan dan gaya bicaranya telah menjadi testimoni tersendiri tentang kakaknya, Prof. Mochtar Kusumaatmadja.
Dari cerita Pak Sarwono jelas bahwa Prof. Mochtar mempunyai DNA diplomasi dari ibunya serta sosok yang tegas dan tenang dari ayahnya. Ulet dan tidak pernah mengeluh. Pak Sarwono masih ingat bahwa kakaknya memiliki otak yang super encer, sangat cerdas. Hampir tidak pernah kelihatan belajar waktu menjadi mahasiswa FH UI. Malah sering terlihat nongkrong berjualan di depan kampus termasuk jualan uang asing. Tetapi sejak mahasiswa sudah berpikir jauh ke depan dan tidak minder bila berhadapan dengan orang asing.
Ketenangan Prof. Mochtar sangat terlihat ketika diberhentikan sebagai dosen Unpad di masa orde lama. Pemikirannya yang jauh ke depan tentang wawasan nusantara, politik dan hukum yang dianggap berbeda dengan Presiden Soekarno itu “digoreng” oleh organisasi mahasiswa berhaluan kiri, yakni CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia). Gorengan ini membuat Presiden Soekarno berang yang akhirnya mengirim surat untuk memberhentikan status dosen Prof. Mochtar.
Kejadian ini tidak disesali Prof. Mochtar tetapi justru dimanfaatkan untuk terus belajar dan menjadi konsultan hukum di sebuah rumah atas kebaikan temannya. Saat itu, adiknya, Sarwono sempat menjadi office boy di lembaga hukum milik kakaknya. Selain itu, Prof. Mochtar diminta menjadi dosen di Unpar dan pengajar Seskoad. Pada saat itu juga akhirnya Prof. Mochtar belajar hukum ke USA (Yale, Chicago, dll) serta menuntaskan doktor bidang hukum di Unpad. Kebiasaan science based policy semakin kuat. Akhirnya ketika menjabat, kebijakan-kebijakannya banyak berdasarkan ilmu pengetahuan.
Sebagai pendidik, para testimoni menyebut Prof. Mochtar adalah sosok guru yang baik, penuh perhatian, dan selalu memotivasi mahasiswanya untuk tidak bosan belajar. Inovasi pembelajaran seperti active learning, case based study, diskusi, praktek dan klinik hukum, serta pendekatan-pendekatan pembelajaran yang saat ini ramai dalam program merdeka belajar. Prof. Mochtar adalah dosen yang sudah menerapkan konsep pendidikan modern jauh sebelum konsep itu berkembang. Saat ini konsep itu disebut student centered learning.
Para testimoni mengagumi pandangan Prof. Mochtar yang sangat luas, mendasar dan menembus batas-batas keilmuan. Di akhir-akhir masa purna baktinya di Unpad, Prof. Mochtar banyak menggagas masalah hukum, ekonomi dan lingkungan hidup. Pemikirannya itulah yang membuat Unpad terkenal dengan Pola Ilmiah Pokok tentang hukum dan lingkungan hidup. Pemikiran tentang lingkungan hidup ini seperti menjadi inspirasi Ir. Sarwono sehingga kuat dalam masalah ini. Presiden Soeharto tidak salah bila meminta adik Prof. Mochtar ini menjadi Menteri Lingkungan Hidup.
Sosok guru, ilmuwan, pemikir, dan diplomat ulung ini juga seorang yang sangat berdedikasi membangun negara. Para testimoni sepakat bahwa Prof. Mochtar adalah akademisi, saintis dan sekaligus cendekiawan. Dan seorang humanis tulen. Beliau sangat peduli terhadap nasib mahasiswa yang sering ditanganinya secara detil. Beberapa testimoni yang sekolah di luar negeri, sempat langdung diurus oleh Prof. Mochtar, padahal saat itu sebagai Menteri.
Kecendekiaannya terlihat dari integritas, kedisiplinan dan cinta negara serta masyarakat Indonesia. Ir. Sarwono berharap agar pemikiran kakaknya dapat diteruskan oleh generasi muda untuk menjadi solusi dari persoalan krisis peradaban dunia yang saat ini kita hadapi. Luar biasa.
Ketokohan Prof. Mochtar dalam persuasi internasional, hukum laut, archipelagic state, archipelagic water, konsep negara kepulauan, wawasan nusantara dan hal lain yang berkaitan dengan hukum dan hubungan internasional sangat diakui dan dikagumi tidak saja di dalam negeri, tetapi juga mancanegara. Banyak negara kepulauan seperti Filipina berterima kasih kepada Prof. Mochtar. Negara-negara itu yang umumnya negara berkembang diuntungkan dengan konsep yang digagas serta diperjuangkan Indonesia melalui diplomasi Prof. Mochtar.
Selain dalam aspek hukum dan hubungan internasional, Prof. Mochtar telah menjalankan langsung konsep yang saat ini dikenal sebagai soft approach diplomacy melalui budaya. Pameran-pameran kebudayaan di luar negeri digagasnya dengan melibatkan pihak swasta atau yayasan. Sepertinya ini adalah cikal bakal konsep triple helix dalam pembangunan, yakni pelibatan pihak swasta, akademisi, selain pemerintah. Sungguh mengagumkan.
Dari perjalanan hidup yang penuh karya ini para testimoni bersepakat agar Prof. Mochtar diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Masyarakat intelektual, akademisi Kampus utamanya Unpad, masyarakat Jawa Barat, serta para diplomat dan bahkan Kementerian Luar Negeri dapat menjadi pelopor dalam usulan Pahlawan Nasional untuk Prof. Mochtar Kusumaatmadja.
Alhamdulillah sejak tahun 2017 sampai saat ini Kementerian Luar Negeri dan Unpad membuat program untuk mengenang beliau berupa Mochtar Kusumaatmadja Award, MKA. Program yang bagus ini jangan berhenti di tengah jalan. MKA sangat bagus untuk generasi muda yang tidak sempat melihat Prof. Mochtar secara langsung. Upaya ini sangat perlu untuk selalu menghormati tokoh yang sangat berjasa dalam sejarah peradaban Indonesia. Memang betul kata Bu Yani Motik bahwa gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Prof. Mochtar Kusumaatmadja adalah contohnya.
Perwakilan Forum Guru Besar dan Doktor Alumni HMI, Prof. St Zuhro, bersedia menjadi bagian inti dari pengusulan Pahlawan Nasional bagi Prof. Mochtar Kusumaatmadja. Dari segi substansi, ketokohan, dan dukungan berbagai kalangan, sepertinya usulan ini tinggal masalah teknis saja. Semoga Prof. Mochtar Kusumaatmadja terus dikenal sebagai pahlawan nasional yang sangat berjasa bagi Indonesia. Terus menjadi inspirasi kemajuan negara berbasis ilmu pengetahuan. Serta Almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin.
Asep Saefuddin (Rektor UAI/Guru Besar Statistika IPB)
Baca Juga : LOUIS DE BROGLIE SARJANA SASTRA PENERIMA HADIAH NOBEL FISIKA
Discussion about this post