Fakultas Peternakan IPB University menggelar The International Conference on Sustainable Animal Resource and Environment (ICARE) 2021, 10-11/11. Konferensi ini merupakan kerjasama dari Fakultas Peternakan IPB University dengan Himpunan Ilmuwan Peternakan Indonesia (HILPI).
Dr Idat Galih Permana, Dekan Fakultas Peternakan IPB University dalam sambutannya menyampaikan bahwa ICARE 2021 adalah komitmen pihaknya untuk terus berkontribusi pada komunitas ilmiah dan sosial melalui penyebaran hasil penelitian. Ia mengaku, hal ini penting untuk mengatasi dinamika ilmu hewan dan kepentingan luas pemangku kepentingan dalam industri hewan.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria ketika membuka acara menyampaikan, kegiatan ICARE 2021 diharapkan dapat menjadi ajang sharing ilmu pengetahuan dan transfer teknologi antar negara.
“Di era pandemi COVID-19, bagaimana keberlanjutan industri peternakan karena efek buruk dari COVID-19 dan adanya disrupsi industri 4.0, sementara supply industri peternakan harus terus dilakukan,” kata Prof Arif Satria.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, melalui ICARE 2021, diharapkan akan menjadi ajang diskusi langkah-langkah masing-masing negara dalam perkembangan industri peternakan untuk mengatasi ketersediaan pangan hewani di bawah tekanan pandemi dan disrupsi.
Dalam kesempatan ini, Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan yang juga Wakil Gubernur Sumatera Barat, Ir Audy Joinaldy, mengungkap Program Sistem Ternak Terpadu di Wilayahnya. Ia meyakini, Sistem Ternak Terpadu akan mampu mencukupi kebutuhan sumber pangan asal hewan di Sumatera Barat. Bahkan, sistem ini disinyalir mampu mengisi kebutuhan daging provinsi terdekat.
“Dalam data statistik gambaran perkebunan sawit di wilayah Sumatera sekitar 60 persen yang dikelola BUMN, 2 persen swasta dan 38 persen oleh petani. Dari data tersebut, terlihat potensi yang dapat diintegrasikan dengan peternakan,” kata Audy Joinaldy.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bukti ilmiah terkait potensi hijauan untuk ternak yang bersumber dari perkebunan sawit. Ia menyebut, ketika umur kelapa sawit mencapai lebih dari 10 tahun, dalam kurun waktu tersebut gulma akan tumbuh berkisar 5 ton dalam satu hektar setiap tahunnya. Tidak hanya itu, potensi hijauan dari daun dan cabang saat panen sawit tiba juga menjadi sumber pakan yang potensial. Dalam programnya ia melibatkan unsur pentahelix terdiri atas pemerintah , masyarakat (society), bisnis/investor (business), peneliti (knowledge), dan media.
Sementara itu, Prof Asep Gunawan, selaku ketua panitia menyampaikan, acara ini bertujuan untuk menyediakan platform ilmiah bagi para pemangku kepentingan ilmu hewan. Ia juga menjelaskan, ICARE 2021 merupakan ajang lanjutan ISAI sebagai bagian dari perbaikan acara dengan topik yang lebih inklusif dan menyikapi isu-isu baru di tengah pandemi COVID-19.
“Perlu diketahui, keberlangsungan industri peternakan sangat menantang karena efek buruk dari COVID-19, khususnya produksi ternak tidak terduga. Dengan demikian, platform ilmiah untuk berdiskusi tentang masalah ini diperlukan,” terang Prof Asep Gunawan.
Keynote speaker kali ini berasal dari instansi pemerintah seperti Kementerian Pertanian, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan Wakil Gubernur Sumatera Barat. Ketiga pembicara utama ini harus dapat memberikan gambaran komprehensif tentang isu-isu politik dan strategis yang berkaitan dengan perkembangan industri peternakan di negara ini. Selain itu, sebanyak 10 pembicara undangan terkemuka juga akan berkontribusi pada acara ini. Para pembicara berasal dari berbagai negara seperti China, Jepang, Malaysia, Belanda, Jerman, Turki, Australia, Korea Selatan, dan Indonesia.
Dua keynote speaker lainnya adalah Dr Ratih Asmana Ningrum, Perwakilan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Dr drh Nuryani Zainuddin. (IPB/RA)
Baca Juga : Gubes ITS Pertahankan Posisi sebagai Top 2% Scientist in The World 2021
Discussion about this post