Tim Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Mikroalga, Pusat Studi Energi (PSE) UGM membangun karya instalasi seni dan teknologi yang diberi nama Algae TechnoArt. Karya berupa photo-bioreaktor mikroalga yang dirancang dengan nilai seni ini hadir berkat kerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan PT. Solusi bangun Indonesia (SBI).
Mikroalga adalah tanaman mikro yang saat ini dikembangkan oleh tim UGM untuk pembuatan biosolar dan bioavtur untuk bahan bakar pesawat. Di bidang pangan, kandungan nutrisinya cukup beragam, mulai dari protein yg tinggi, omega 3, senyawa anti kanker dan komponen aktif lain yang bisa dijadikan sebagai super food. Di bidang pakan, sisa bahan hasil proses untuk energi dan pangan, masih dapat digunakan untuk keperluan pakan ternak.
Direktur PUI-PT Mikroalga, Prof. Arief Budiman, mengatakan inovasi rancangan photo-bioreactor yang sekarang dibangun mempunyai nilai seni instalasi. Disamping berfungsi untuk menghasilkan biomassa mikroalga, juga berfungsi untuk menyerap CO2 yang ada di udara. “Saat ini satu instalasi telah dipasang di salah satu anak perusahaan PT SBI di Jakarta,” kata Arief Budiman, Senin (22/11).
Rektor ISI Yogyakarta, Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum., menuturkan Algae TechnoArt yang dikembangkan bersama tim UGM ini tidak hanya bersifat seni kontemporer. Namun juga, mengandung muatan teknologi proses yang dapat menghasilkan beragam produk dengan beragam manfaat. “Saya kira ini karya pertama di Indonesia yang memadukan seni dan teknologi proses,” ujarnya.
Ia menambahkan Algae Techno Art merupakan karya yang unik dan menarik yang mengandung makna untuk memberi semangat perlunya mengatasi isu-isu energi terbarukan, ketahanan pangan, dan global warming. “Semuanya tersaji dalam balutan seni kontemporer,” imbuh Agus Burhan.
Sementara Direktur Manufacturing PT SBI, Ir. Lilik Unggul Raharja, MBA, mengatakan pihaknya mendukung Paris Agreement dalam mengurangi emisi CO2 di Indonesia. Salah satu langkah nyata adalah dengan pemasangan Algae TechnoArt di salah satu anak perusahaan PT SBI. Rencana kedepannya akan dipasang beberapa instalasi di beberapa lokasi. “Satu instalasi ini dalam hal penyerapan CO2 setara dengan 4 pohon akasia yang berumur 4 tahun. Tentu saja ini cocok dipasang di tempat yang menjadi sumber emisi CO2,” ungkapnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Baca Juga : Garap Pengembangan Area Segmentation pada Drone Agriculture, Mahasiswa Undiksha Raih Juara II di Gemastik
Discussion about this post