Pada awalnya saya tidak begitu kenal dengan Daeng Sanging. Sekembali dari Malaysia awal tahun 2015, saya kembali aktif mengajar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin. Saat akan dan setelah mengajar, saya memerlukan beberapa urusan dalam ruangan kelas. Terutama dari aspek kebersihan. Untuk urusan ini, maka nama yang disebut-sebut dapat membantu adalah Daeng Sanging.
Komunikasi di antara saya dengan beliau semakin akrab, apalagi jika ada seminar proposal, seminar hasil atau ujian tutup skripsi mahasiswa. Sebab para mahasiswa ada kalanya menyediakan makanan ringan dan minuman bagi setiap penguji atau pembimbing. Sebagian makanan tersebut saya makan, sebagian lainnya masih terbungkus dalam kotak. Nah, kue-kue, minuman dan hadiah dari mahasiswa itu, saya berikan kepada Daeng Sanging. Pada saat tertentu, saya minta dia bagi-bagikan kepada staf lainnya.
Jadi hampir empat tahun, mulai awal tahun 2015-2018 sampai saya berangkat ke Australia, hubungan saya dengan Daeng Sanging sangat akrab. Namanya lengkapnya Jumriati Daeng Sanging, usia sekitar 55-60 tahun, tinggal di kawasan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Dia bekerja sebagai pegawai dalam bidang kebersihan yang ditempatkan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Seingat saya, beberapa kali ada pergantian tenaga kebersihan atau pertukaran lokasi kerja. Namun Daeng Sanging tidak pindah. Dia tetap dipertahankan di Fakultas Dakwah.
Tentu karena dia memiliki kinerja yang baik dan rapi. Bukan hanya itu, Daeng Sanging juga suka bersahabat dengan semua orang. Mulai dari mahasiswa, dosen bahkan sampai kepada Pak Dekan. Suaranya sangat khas dengan logat Makassarnya. Kadang saya paham, kadang pula tidak. Dia juga rajin. Saya kadang merasa sedih atau terganggu kalau mengajar sore hari. Karena dia masih menunggu dengan setia hingga akhir. Hingga saya selesai mengajar. Sebabnya adalah dia harus mengunci pintu-pintu utama dalam kompleks fakultas.
Saya tahu bahwa waktu gajinya sebagai tenaga kebersihan, tentu sangat terbatas. Oleh karena itu beberapa dosen dan pimpinan fakultas, sering memberikan infaq atau sumbangan tambahan kepadanya dan kepada staf maupun pegawai kebersihan lainnya. Saya sendiri, atas persetujuan nyonya, sempat memberikan modal kepadanya. Walaupun modal itu tidak seberapa, tetapi katanya sangat bermanfaat. Saya membelikan beberapa lusin gelas, membelikan beberapa kilogram kopi, susu, teh dan gula.
Itu dipakainya untuk melayani dosen-dosen, staf maupun mahasiswa yang meminta minuman panas. Setiap hari tentu ada yang meminta minuman tersebut, apalagi kalau ada seminar dan acara-acara besar lainnya. Dengan menyediakan minuman panas dengan harga yang relatif terjangkau dan rasa yang hampir sama dengan minuman di café, memberinya sedikit keuntungan tambahan. Saya sendiri, meskipun yang modali, jika memesan minuman panas, tetap harus membayarnya, walaupun dia dengan berat hati menerimanya. “Jangan mi ki bayar Pak”, katanya.
Saya merasa cukup akrab dengan dia. Bahkan dengan istri dan anak-anakku, saling mengenal. Beberapa kali saya ajak ke rumah untuk mengambil makanan yang akan disajikan di fakultas. Kalau ke rumah, dia sempatkan mengambil buah belimbing dan jeruk nipis di halaman belakang. Pada hari-hari lain, tidak jarang dia memesan, untuk membawakan buah-buah tersebut.
Sudah menjadi tradisi waktu itu di Fakultas Dakwah, disediakan makan siang bagi staf dan dosen. Makan siang ini dibawa secara bergantian oleh pimpinan Fakultas dan pimpinan Jurusan. Termasuk saya sebagai sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi pada periode 2016-2018. Kalau tidak salah, dalam dua bulan sekali, saya mendapat giliran membawa makanan.
Biasanya jadwal makan siang itu sebelum salat Duhur. Jika saya ada urusan di luar, atau belum sempat makan karena sedang bekerja, maka tanpa disuruh Daeng Sanging sudah mengambilkan jatah untuk saya. Satu piring nasi, lauk dan sayur, dia simpan di meja dapur. Tidak boleh ada yang ambil katanya, karena itu untuk Pak Haidir. Ya dia sangat baik. Saya ingin katakan bahwa beberapa kali saya merangkulnya. Bagi saya, beliau bukan hanya staf. Bahkan lebih dari itu, dia adalah seorang ibu yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Turut mencari nafkah untuk membiayai kuliah anak-anaknya.
Tadi pagi sepulang dari bekerja, saya langsung istirahat dalam kamar. Tiba-tiba nyonyaku datang bertanya. Apakah abang sudah tahu berita duka? Belum kataku. Daeng Sanging meninggal dunia tadi subuh, katanya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Saya mengecek beberapa media sosial, sudah ramai ucapan duka cita dari rekan-rekan sejawat di Fakultas Dakwah, mengabarkan kepergian pahlawan kebersihan tersebut.
Saya bersaksi bahwa beliau adalah orang baik. Suka membantu orang lain. Tidak pernah berbuat yang tidak baik. Memiliki dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang diembannya. Insya Allah, husnul khatimah.
Wassalam
Haidir Fitra Siagian
(Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, sedang menjalankan Cuti Diluar Tanggungan Negara karena mendampingi istri yang sedang sekolah, Insya Allah hingga tahun depan).
Keiraville, 21.12.21
Baca Juga : Agus Setyo Muntohar, Saintis UMY Masuk dalam Top Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia
Discussion about this post