BANDUNG, itb.ac.id–Artificial Intelligence atau AI yang berarti kecerdasan buatan merupakan teknologi mutakhir yang kini tengah mengalami perkembangan pesat. Pasalnya perkembangan AI dinilai memiliki sisi kebermanfaatan yang konkret untuk berbagai bidang.
Perkembangan AI diawali pada tahun 1950 yang mulanya hanya berupa pemikiran dari seorang matematikawan. Definisi AI mudahnya adalah sebuah mesin atau sistem yang memiliki kemampuan cara belajar manusia.
Di dalam AI ada machine learning dan deep learning. Mesin-mesin diajarkan untuk mempelajari pola-pola dari masukan-masukan kemudian mencocokkannya dengan basis data yang dimiliki sehingga menghasilkan kesimpulan umum.
AI kini dapat diaplikasikan pada manajemen brand dengan memaksimalkan nilai tangible dan intangible suatu produk. Elemen tangible adalah identitas jenama (brand) yang terlihat secara fisik sedangkan intangible berkaitan erat dengan brand personality, simbolis, product related, dan experiential. Kedua elemen ini menghasilkan brand image yakni berupa pesan-pesan jenama yang diharapkan terekam di otak konsumen.
Menurut Prof. Reza Ashari Nasution, Dosen Sekolah Bisnis Manajemen ITB, cara menjadikan brand image relevan antara owner dan konsumen adalah merancang dengan baik identitas dan proposisi nilai yang ingin ditonjolkan. Kemudian mulai memperkenalkan secara kontinu dan konsisten. Dengan konsistensi, nilai suatu jenama makin dapat melekat sehingga perlu menjaga hubungan baik dengan konsumen.
“Kita berada di era brand 4.0 sehingga harus melibatkan konsumen untuk pengalaman individual. Tantangannya adalah mengelola brand supaya relevan, kuat, dan diminati oleh konsumen,” ujar Prof. Reza dalam acara webinar Pusat Artificial Intelligence (PAI) tentang “AI for Brand Management” belum lama ini.
Di sinilah AI berperan untuk mengembangkan inovasi brand image yang disukai banyak konsumen. Pendekatan yang dapat diambil dengan menerapkan representasi AI dengan perilaku manusia seperti yang dijelaskan sebelumnya. Salah satunya AI diharapkan untuk bisa mengambil bagian dari pengambilan data survei secara massal supaya meminimalisasi data kosong yang menyebabkan eror.
Dari masukan-masukan massal tersebut AI bisa menghasilkan visi yang lebih presisi dan insightful. Dari visi kemudian AI dapat mengambil keputusan untuk menentukan nilai apa yang ingin ditawarkan pada sebuah produk.
Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin, 2020)
Discussion about this post