Kepala Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Ir. Ngafwan, M.T. berhasil melakukan penelitian dengan memanfaatkan material yang sering dianggap sepele untuk memberikan dampak positif pada lingkungan.
Berawal dari melihat banyaknya sumber daya alam di Indonesia yang cenderung dianggap sepele dan tidak termanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat (seperti: getah papaya dan sekam padi), Dr. Ngafwan berinisiatif untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang energi, katalis, pertanian serta dapat diaplikasikan pada kelestarian lingkungan.
Tentang Produk Ekstrak
Pada penelitian terdahulu, bahan berpori yang berkualitas tinggi (seperti: silika (SiO2)) telah berhasil dikembangkan sepenuhnya hingga skala nano (ukuran yang sangat kecil) dengan harapan dapat bermanfaat untuk mengatasi ketersediaan silika yang dapat dihasilkan secara berkelanjutan, pemanfaatan dalam riset untuk teknologi penyimpanan energi, ketahanan kekeringan pada tanaman dan berbagai masalah limbah pertanian. Dalam hal ini, sekam padi yang merupakan limbah hasil pertanian dipilih karena dapat menghasilkan silika dan mudah didapatkan.
Namun, sebagian besar produk ekstrak silika dari sekam padi belum mempertimbangkan senyawa magnesium yang memiliki potensi besar dalam produksi hidrogen untuk energi berkelanjutan. Oleh karena itu, Dr. Ngafwan berpikir untuk mengekstrak sekam padi yang dikombinasikan dengan getah pepaya muda melalui beberapa proses hingga menghasilkan dua produk yang bermanfaat, yaitu nanopartikel karbon sekam padi dan magnesium silika oksida karbida yang dapat dimanfaatkan untuk membersihkan limbah dalam air, mempercepat proses fotosintesis tanaman padi, anti hama hingga menjadi pupuk.
Bermanfaat hingga Sektor Pertanian
Saat ditemui untuk wawancara, Kepala Program Studi Magister Teknik Mesin itu menjelaskan tentang pengerjaan penelitiannya yang dapat diaplikasian secara luas, yakni untuk perbaikan kualitas produksi pada tanaman padi dan singkong hingga berguna sebagai pembasmi hama.
“Percobaan dalam penelitian ini dilakukan selama tujuh kali selama satu semester dengan hasil akhir yang sesuai dengan harapan. Penerapannya pun bisa diimplementasikan secara luas, bisa bermanfaat untuk lingkungan hingga pengabdian masyarakat pada sektor pertanian,” ungkapnya pada Senin (15/5).
Dalam pengerjaannya, Dr. Ngafwan bekerja sama dengan institusi UMS dan Fakultas Pertanian UMY, dan sampai saat ini masih berlangsung pengembangannya.
“Riset ini membutuhkan waktu bertahun-tahun, dimulai dari tahun 2014 sampai sekarang (tahun 2023), dan masih dikembangkan dalam kemanfaatannya,” tambahnya.
Melalui penelitian ini, Dr. Ngafwan telah menduduki peringkat 24 dalam jajaran jurnal kimia pada tingkat internasional dan terindeks Quartile 1 (Q1).
Discussion about this post