Untuk kedua kalinya, saya berkesempatan mengunjungi Vietnam. Kunjungan kali ini sangat singkat, ditemani Ahmad Baiquni Ketua Indutri Kecil Menengah (IKM) Kabupaten Magetan Jawa Timur ke Kota Ho Chi Minh City (HCMC). HCMC merupakan kota terbesar di Vietnam Selatan dan pernah menjadi ibukota Negara Vietnam. HCMC, sebelumnya bernama Saigon, salah satu kota terbesar di Vietnam. Ketika Vietnam terpecah menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, Saigon adalah ibukota Vietnam Selatan.
Ketika Vietnam Utara dan Vietnam Selatan bersatu menjadi Republik Sosialis Vietnam pada 2 Juli 1976, nama Saigon diganti menjadi HCMC, sebagai penghormatan kepada Ho Chi Minh (1890-1969) Bapak Bangsa Vietnam.
Ada hal menarik ketika kunjungan singkat weekend kemarin. Saya mengamati salah satu pusat kegiatan ekonomi di HCMC yaitu pasar Ben Than. Pasar Bến Thành (bahasa Vietnam: Chợ Bến Thành) adalah pasar terbesar di Kota Hồ Chí Minh, sekaligus menjadi salah satu pasar terbesar di Vietnam. Pasar Ben Than adalah salah satu infrastruktur ekonomi paling awal yang masih hidup di Saigon dan sebuah simbol penting dari Kota Hồ Chí Minh. Sangat terkenal di kalangan wisatawan lokal maupun manca negara. Menjual aneka kerajinan, garmen/produk tekstil, cinderamata serta beragam kuliner masakan lokal Vietnam.
Pasar dikembangkan dari pasar informal/tradisional yang dibuat awal abad ke-17. Pedagang jalanan (PKL : Pedagang Kaki Lima) berkumpul di dekat Sungai Saigon. Pasar resmi didirikan oleh kolonial Prancis setelah mengambil alih Benteng Gia Dinh tahun 1859 (lihat Citadel of Saigon).
Pasar ini habis dilalap api pada tahun 1870 dan dibangun kembali menjadi pasar terbesar Saigon. Pada tahun 1912 (Muhammadiyah lahir 18/11/1912) pasar dipindahkan ke gedung baru dan disebut Pasar Bến Thành untuk membedakan dari pendahulunya. Bangunan pasar direnovasi kembali pada tahun 1985.
Pasar rakyat menjadi salah satu instrumen penting dalam pengembangan usaha dan indutri kecil menengah. Usaha kecil dan menengah (UKM) memainkan peranan penting dalam mengembangkan perekonomian Vietnam. Menurut berbagai sumber, UKM/IKM di Vietnam saat ini menduduki sekitar 98% dari jumlah badan usaha negara Vietnam. Mampu memberikan sumbangan sebesar 40% dari GDP (Gross Domestic Product), serta 30% dari Anggaran Pendapatan Negara. Memberikan 50% lebih lapangan kerja kepada masyarakat.
Beberapa kendala yang dihadapi UKM/IKM Vietnam diantaranya skala modalnya kecil sehingga UKM/IKM kurang memenuhi syarat melakukan investasi di bidang industri menengah dan besar. Keterbatasan dana investasi dan modal guna meng-upgrade capacity, memperbaharui mesin dan peralatan teknologi mutakhir masih terbatas.
Kendala lain, UKM/IKM mengalami banyak kesulitan dalam mencari dan memasuki pasar yang lebih luas. Distribusi produk, ketertinggalan informasi pasar serta pekerjaan marketing masih belum efektif. Beberapa masalah itu membuat produk IKM/UKM mengalami hambatan dalam pemasaran.
Pemerintah Vietnam sekarang sangat berinisiasi dan berpartisipasi aktif dalam rantai pasar global. Diharapkan bisa memberikan support bagi UKM/IKM setelah belajar dari berbagai pengalaman negara lain. Harapannya menemukan solusi atas kendala-kendala yang dihadapi UKM/IKM.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melalui Kesepakatan Blue Print MEA tahun 2025, diharapkan mampu memberikan dampak penguatan daya saing ekonomi. Program peningkatan kapasitas UKM/IKM dijalankan melalui peningkatan kualitas SDM, perbaikan infrastruktur serta kemudahan ijin berusaha di Vietnam.
Saya bersama kawan sempat menikmati Coffee Vietnam, salah satu kopi terbaik dunia yang banyak kita temukan di berbagai gerai Mall Indonesia. Kopi Vietnam punya cita rasa dan aroma yang khas. Kawan saya berkelakar akan membuka cabang gerai Kopi Vietnam di Magetan.
HCMC, 27 Agustus 2023
*) Ketua Bidang Standarisasi dan Sertifikasi Produk LP-UMKM PWM Jateng
Penulis : Moh. Yamin Darsyah
Discussion about this post