Academiamu
No Result
View All Result
Selasa, Mei 13, 2025
  • Beranda
  • Advetorial
  • Info Kampus
  • Inspirasi
  • Internasionalnews
  • Opini
  • Sainstekno
  • Sosok
  • Tokoh
Subscribe
Academiamu
  • Beranda
  • Advetorial
  • Info Kampus
  • Inspirasi
  • Internasionalnews
  • Opini
  • Sainstekno
  • Sosok
  • Tokoh
No Result
View All Result
Academiamu
No Result
View All Result
Home Info Kampus

Refleksi Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

by academiamu
Oktober 11, 2021
in Info Kampus, Opini
Reading Time: 3 mins read
A A
Refleksi Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
161
SHARES
2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kesehatan fisik harus diimbangi dengan kesehatan jiwa yang bagus, agar hidup menjadi lebih damai dan tenang. Masalah kesehatan jiwa atau mental ini adalah salah satu permasalahan yang serius yang harus menjadi atensi bersama. Dr. dr. Warih Andan Puspitosari, M.Sc., Sp.Kj. (K), dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) yang juga merupakan praktisi ahli dalam bidang kesehatan jiwa dan mental, mengingatkan hal tersebut bertepatan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober 2021.

Menurut Warih kesadaran kesehatan mental di Indonesia cukup baik, namun penanganannya belum merata. Jika di bandingan dengan masalah kesehatan fisik, permasalahan kesehatan jiwa dan mental di Indonesia sangat terlihat jauh kesenjangannya.

RelatedPosts

Perjalanan Mudik Penuh Tantangan: Dari Kansas hingga Kembali ke Tanah Air

Mudik Jarak Jauh, Dosen UM Surabaya: Ini Tanda dan Cara Mengatasi Microsleep

Soal Daya Beli Melemah di Masyarakat, Ini Kata Pakar Ekonomi UM Surabaya

“Kesadaran masyarakat Indonesia terkait kesehatan mental di Indonesia saat ini cukup baik, dibuktikan dengan banyaknya platform digital, organisasi dan LSM yang bergerak di bidang kesehatan mental yang mengampanyekan tentang mental awareness. Kesehatan mental perlu ditangani secara serius. Dan jika dibandingkan antara mental awareness dengan kesehatan fisik itu masih sangat senjang, ” ungkapnya saat dihubungi pada Sabtu (9/10).

“Dan perlu diakui bahwa layanan kesehatan jiwa atau masalah mental di Indonesia ini belum merata, data menunjukkan 90% orang di Indonesia belum mendapatkan penanganan yang tepat untuk masalah mentalnya di enam bulan pertama. Sehingga dapat ditarik benang merah bahwa kita perlu meningkatkan layanan kesehatan mental yang merata dan setara di Indonesia,” imbuhnya.

Di Indonesia sendiri undang-undang mengenai kesehatan mental sudah ada sejak tahun 2014. Hal ini merupakan buah manis para pegiat mental awareness untuk menyuarakan agar Indonesia menjadi salah satu tempat yang ramah dengan mental issues. Warih juga mengatakan untuk Jogja sendiri saat ini sedang menyusun peraturan daerah mengenai masalah mental issues. “Dan untuk wilayah Jogja saat ini sedang dalam proses memiliki perda kesehatan jiwa, mudah-mudahan tahun depan sudah masuk tahapan penyusunan naskah akademik untuk perda kesehatan jiwa di DIY,” tambahnya.

Berdasarkan data dari WHO, seseorang yang memiliki mental yang sehat di antaranya mempunyai ciri-ciri seperti mampu menerima tantangan hidup, mampu memanajemen konflik dengan efektif, bahagia dengan usaha yang dilakukan, memiliki kasih sayang yang besar, dan bisa mengelola stres dengan baik. Ketika ciri-ciri mental yang sehat/stabil ini tidak ada pada seseorang belum tentu orang tersebut mengalami sebuah gangguan mental, tetapi kita perlu aware terhadap diri sendiri.

“Dalam ilmu kesehatan mental, ada istilah PFA (Physiologies First Aid) atau yang bisa juga disebut dengan pertolongan pertama untuk penanganan jiwa atau mental issues. PFA ini sudah seharusnya dimiliki dan dimengerti oleh masyarakat luas,” terang Warih.

Adapun PFA itu terdiri dari Look, Listen, Link. Jika kita melihat di sekitar kita ada yang mengalami mental issues, kita harus melihat mereka, kita peduli tidak hanya melihat dengan mata namun juga hati. “Bagaimana kondisinya, bagaimana lingkungannya. Setelah itu kita Listen, dengarkan dengan empati, tanpa menghakimi dan memotong pembicaraan mereka. Dan tahapan terakhir adalah link, apakah kita bisa dampingi sendiri atau haruskah kita bawa mereka ke tenaga professional ataupun pendampingan pribadi ataupun tokoh agama,” jelas Warih.

Karena kurangnya pemahaman mental yang kurang baik di Indonesia, sehingga sering kali masalah mental di Indonesia dikait-kaitkan dengan kurangnya ibadah. Padahal masalah mental ini datang dari banyak faktor, namun ibadah/spiritual memang salah satu proteksi untuk mendapat mental yang stabil. Ia mengungkapkan pernah mendapatkan pasien yang mempunyai spiritual yang bagus, tetapi mental orang tersebut kurang stabil karena faktor lingkungannya.

Menurut Warih, masalah kesehatan mental adalah masalah yang tidak pandang bulu, setiap orang bisa mengalami ini baik anak-anak maupun dewasa. Sehingga jika ada yang beranggapan anak-anak tidak mungkin tidak mengalami masalah mental, itu adalah sesuatu yang tidak tepat.
“Karena anak anak juga bisa stres, bisa cemas dan lain-lain tetapi memang manifestasinya akan berbeda dengan seseorang di usia remaja atau dewasa. Sehingga awareness kita terhadap masalah mental anak-anak itu juga sama pentingnya,” tandas Warih.

Kesehatan mental ini adalah masalah kita bersama, hal ini menjadikan mental issues adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat. “Yang bisa kita lakukan adalah memberikan edukasi kepada orang-orang di sekitar kita yang belum mengerti, sehingga mari kita retas stigma buruk tentang masalah kesehatan mental dan jiwa, mari kita tolong mereka, mereka membutuhkan kita,” ajak Warih.

Di akhir wawancara Warih juga mengingatkan agar tidak mendiagnosa diri sendiri. “Dan yang paling penting kita jangan self diagnose, karena yang boleh mendiagnosa kita hanya tenaga ahli seperti Psikolog atau Psikiater, yang bisa kita lakukan hanya PFA tadi,” pungkasnya.

Baca Juga : CTSS IPB University Bahas Sains dan Budaya untuk Masa Depan Peradaban Indonesia

Tags: UMY

Discussion about this post

ADVERTISEMENT
Lembaga Bimbingan Belajar CLeFUN Lembaga Bimbingan Belajar CLeFUN

Popular News

  • Keadaan VUCA Menjadi Semakin BANI

    Keadaan VUCA Menjadi Semakin BANI

    1223 shares
    Share 489 Tweet 306
  • Prof. Dr. Muji Setiyo, S.T., M.T Guru Besar Termuda di Perguruan Tinggi Muhammadiyah

    454 shares
    Share 182 Tweet 114
  • Peran Statistika Dalam Era Digital

    305 shares
    Share 122 Tweet 76
  • Dirjen Pendidikan Tinggi : Mahasiswa Kembali Beraktivitas di Kampus

    301 shares
    Share 120 Tweet 75
  • WANITA BERKERUDUNG ITU PENDIRI UNIVERSITAS PERTAMA DI DUNIA

    280 shares
    Share 112 Tweet 70

Recent News

Perjalanan Mudik Penuh Tantangan: Dari Kansas hingga Kembali ke Tanah Air

Perjalanan Mudik Penuh Tantangan: Dari Kansas hingga Kembali ke Tanah Air

Maret 31, 2025
Mudik Jarak Jauh, Dosen UM Surabaya: Ini Tanda dan Cara Mengatasi Microsleep

Mudik Jarak Jauh, Dosen UM Surabaya: Ini Tanda dan Cara Mengatasi Microsleep

Maret 25, 2025

Kategori

  • Advetorial
  • blog
  • Info Kampus
  • Inspirasi
  • Internasionalnews
  • Opini
  • Sainstekno
  • Sosok
  • Tokoh

Site Navigation

  • Home
  • Advertisement
  • Contact Us
  • Privacy & Policy
  • Other Links

ACADEMIAMU

“Berita Academia Nomor Satu Di Indonesia.”

 

“The greatest leader is not necessarily the one who does the greatest things. He is the one that gets the people to do the greatest things.”

  • Home
  • Advertisement
  • Contact Us
  • Privacy & Policy
  • Other Links

© 2021 Portal Berita Media Online Nasional Academiamu ~ Smart Inovatif Inspiratif

No Result
View All Result
  • Advertisement
  • Contact Us
  • Homepage
    • Beranda
    • Advetorial
    • Info Kampus
    • Inspirasi
    • Internasionalnews
    • Opini
    • Sainstekno
    • Sosok
    • Tokoh

© 2021 Portal Berita Media Online Nasional Academiamu ~ Smart Inovatif Inspiratif