Indonesia dan Seychelles adalah dua negara kepulauan yang memiliki kesamaan ciri. Keduanya memiliki ekosistem laut yang menjadi modal sumberdaya alam terbesar. Dalam konteks tersebut, kedua negara juga memiliki kesamaan platform kebijakan yaitu Ekonomi Biru (Blue Economy).
Dalam rangka memperkuat kerjasama kedua negara di bidang pembangunan Blue Economy, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan RI melalui Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan Diskusi Strategis Kerjasama Blue Economy antara Indonesia dan Seychelles. Diskusi yang mengusung tema Blue Economy: Opportunities for Collaboration and Investment ini digelar di Jakarta, pekan lalu.
Dalam diskusi ini, Dr Luky Adrianto, Dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University hadir sebagai reviewer. Dalam paparannya, Dr Adrianto menyajikan instrumen BEDI (Blue Economy Development Index) sebagai alat untuk mengukur kemajuan pembangunan ekonomi biru. Dr Adrianto yang diberi kepercayaan sebagai Chief Scientist untuk pengembangan BEDI pada Forum Negara-Negara Kepulauan dan Negara Pulau (AIS) menyajikan BEDI untuk Indonesia dan Seychelles.
“Indeks BEDI Seychelles lebih tinggi daripada Indonesia. Hal ini dapat digunakan sebagai momentum untuk memperkuat platform Blue Economy bagi kedua negara agar BEDI dapat meningkat di kemudian hari,” ujar Peneliti Senior Bidang Kebijakan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pesisir dan Laut, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University ini.
Menurutnya, blue economy yang sangat bertumpu pada kekayaan sumberdaya kelautan menjadi andalan Indonesia sebagai negara kepulauan. Untuk itu peran Indonesia sebagai leading country harus diperkuat, terutama dalam memacu perwujudan ekonomi yang berkelanjutan.
“Sebenarnya, ini sesuai khitah IPB University bahwa konsep pembangunan nasional ke depan berbasis agromartim. Untuk blue economy adalah bagian dari agromaritime development. Tidak ada pilihan. Indonesia harus belajar mencapai itu dari keberadaan bangsa bahari, melalui blue economy development,” tandasnya.
Diskusi ini dibuka oleh Menteri Kelautan dan Perikanan secara daring. Hadir juga Nico Barito, Special Envoy of the President of Seychelles to ASEAN. Diskusi menampilkan tiga pembicara kunci yaitu James Alix Michelle (Former President of Seychelles), Alain St Ange (President African Tourism Board) dan Suharyanto (Director of Marine Spatial Planning, Kementerian Kelautan dan Perikanan). (*IPB/Zul)
Discussion about this post