BANDUNG, itb.ac.id — Advisory Board Sharing Session kembali diadakan oleh Sekolah Farmasi ITB dengan mengundang Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., dari Fakultas Teknologi Industri sebagai pembicara. Acara tersebut mengangkat tema Kepemimpinan di Era Digital dalam Industri Farmasi (20/8/2022).
Di awal penyampaiannya, Prof. Kadarsah memberi gambaran tentang entrepreneur di era digital dengan permodelan beberapa tokoh paling berpengaruh di industri berbasis teknologi seperti Steve Jobs, Bill Gates, Elon Musk, hingga Zaky Ahmad. Orang-orang tersebut menurut Prof. Kadarsah merupakan seorang pemimpin di bidang digital (digital leader). Dari contoh tersebut, istilah pemimpin bisa diartikan sebagai orang biasa yang menghasilkan karya luar biasa.
Prof. Kadarsah menambahkan, “Karya luar biasa yaitu suatu karya yang bermanfaat untuk orang banyak, sehingga sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang memberikan manfaat terbaik untuk orang banyak.”
Menurutnya, digital leadership membutuhkan tiga modal awal yang saling terkait dan menguatkan satu sama lain, yaitu aset digital, komitmen organisasi, dan kemauan pemimpin. Digital leadership yang baik akan mengantarkan suatu komunitas untuk berubah melalui proses transformasi digital ke arah yang lebih baik.
Dalam sektor farmasi, tantangan kepemimpinan menghadapi isu digital yang semakin kompleks terus tumbuh dari hari ke hari. Hal ini menuntut reformasi kesehatan melalui perubahan penggunaan teknologi, kebijakan, dan ekspektasi konsumen.
“Reformasi kesehatan yang terus mengalami perubahan drastis merupakan dasar dari adanya suatu revolusi bagi hubungan antara industri farmasi dengan stakeholder-nya. Hal ini berdampak pada berbagai hal yang tidak terprediksi sebelumnya, dan (keadaan) itu terjadi saat ini,” tutur Prof. Kadarsah yang kini tengah menjabat sebagai Rektor Universitas Trisakti.
Penuturan Prof. Kadarsah ini didukung oleh fakta isu-isu global yang terjadi hingga sekarang. Pertama, nilai pasar online secara global sebesar 128 miliar US dollar atau naik sekitar 34% sejak tahun 2013. Kedua, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi tren yang ada dan membentuk sistem industri farmasi masa depan. Ketiga, lalu lintas situs kefarmasian naik sebesar 35%.
Transformasi digital di dunia farmasi berguna untuk menjawab adanya akselerasi dan disrupsi berbagai pihak yang ada. Salah satu langkahnya adalah penerapan strategi digital yang baru dalam bentuk business model. “Business model adalah reformasi dalam dunia usaha yang bisa mengubah perilaku pasar. Contohnya dengan keberadaan e-commerce saat ini,” ujar Prof. Kadarsah.
Untuk melakukan hal tersebut, perlu adanya suatu penunjang berupa investasi teknologi dan digitalisasi yang mapan pada sektor farmasi. Unsur yang tidak kalah penting dalam transformasi sistem kefarmasian adalah sumber daya manusia yang terampil secara digital. Penyediaan sumber daya manusia yang demikian diwujudkan dalam bentuk pengembangan kapabilitas sistem melalui rekrutmen dan kolaborasi. Dalam upaya menciptakan sistem yang berkelanjutan, orientasi ke masa depan merupakan kunci untuk tetap berpijak pada kerangka pikir yang dinamis.
“Apa yang kita lakukan hari ini bisa jadi berubah dengan cepat karena waktu terus berjalan dan perubahan ke depan semakin cepat,” pungkasnya.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)
Discussion about this post