Garam Gamy, merupakan inovasi dari peneliti dan dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Prof Nurjanah. Garam ini terbuat dari rumput laut.
Garam ini berbeda dengan garam pada umumnya yang murni mengandung minimum 94 persen natrium klorida. Garam Gamy termasuk kategori garam diet yang cocok dikonsumsi untuk penderita hipertensi.
“Kandungan natriumnya relatif lebih rendah, kurang dari 50 persen. Rasio natrium dan kaliumnya mendekati satu. Namun masih memiliki cita rasa yang tetap asin dan enak seperti garam pada umumnya. Garam ini tidak menyebabkan hipertensi karena kadar natriumnya sebagian digantikan oleh kalium. Garam Gamy juga mengandung mineral seperti magnesium, zinc, besi, selenium, iodium dan unsur mineral lain yang dibutuhkan tubuh,” jelasnya dalam Basecamp (Bahasan Seputar Campus) oleh RRI Voice of Indonesia, (04/10).
Selain itu, lanjutnya, Gamy juga mengandung komponen bioaktif, antioksidan (pigmen yang terdapat pada rumput laut). “Selain memberikan cita rasa asin, juga terdapat rasa umami. Memberikan rasa enak dan gurih pada masakan. Jadi tidak sekedar sehat,” jelasnya.
Menurutnya, penelitian garam Gamy berjalan cukup panjang. Latar belakang inovasi ini berasal dari kekhawatiran akan meningkatnya pasien penderita hipertensi. Hipertensi ini terjadi hampir pada semua status sosial mulai dari ekonomi rendah hingga tinggi. Salah satunya diakibatkan oleh pola konsumsi yang mengandung natrium tinggi.
Ia menjelaskan, garam ini diproses dari rumput laut yang dihancurkan dan dibersihkan dari air laut. Kemudian dilarutkan dengan air tawar dan diuapkan. Sebagian filtratnya masih terbawa pigmen dan serat, maka jadilah garam Gamy. “Penelitian ini sudah mulai sejak tahun 2018 dan kini sudah berhasil dikomersialkan,” tuturnya.
Tantangannya adalah, imbuhnya, seharusnya produksi dilakukan di dekat pantai atau di atas kapal dekat tempat panen rumput laut. Saat ini jarak tempat panen ke tempat produksi cukup jauh sehingga berdampak pada tingginya biaya produksi. Menurutnya, bila bisa diterapkan akan sangat baik karena Indonesia kaya akan berbagai jenis rumput laut.
“Indonesia memiliki rumput laut berukuran besar atau makroalga dan sudah teridentifikasi 911 spesies. Namun hasil budidayanya tidak lebih dari tiga spesies yang sudah dikomersialkan. Maka dari itu kami membuat inovasi dengan memanfaatkan spesies rumput laut yang tidak pernah dikomersialkan yakni rumput laut hijau, coklat dan merah,” jelasnya.
Ia melanjutkan, garam ini bukan hanya sekedar dicampur dan ditabur pada berbagai makanan namun dapat dijadikan sumber mineral tambahan. Selain bagi penderita hipertensi, dapat dikonsumsi juga oleh orang yang kekurangan serat.
Selain garamnya, tambahnya, residu garam bisa dimanfaatkan sebagai sumber serat. Misalnya sebagai toping berbagai produk.
“Garam ini juga dinilai baik untuk mencegah stunting ataupun penyakit degeneratif. Terutama bagi mencegah kanker usus, karena dapat menjadi sumber serat yang sangat baik bagi Kesehatan,” tandasnya. (MW/Zul)
Discussion about this post