Peneliti IPB University menciptakan inovasi benang dan kain dari biomassa sawit untuk aplikasi industri kreatif fashion. Inovasi ini diciptakan oleh Dr Siti Nikmatin dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sebagai ketua peneliti.
Ia menciptakan inovasi ini bersama kedua anggotanya Dr Irmansyah dan Bambang Hermawan, MSi. Riset biomaterial ini didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
Menurut Dr Nikmatin, inovasi dilatarbelakangi oleh dua permasalahan mendasar yakni keberadaan tandan kosong sawit yang meningkat secara linear seiring dengan produksi crude palm oil. Ia menjelaskan, pemanfaatan tandan kosong sawit sebenarnya memang sudah lumayan banyak, sebagai bahan bakar maupun pupuk.
“Namun perlu adanya diversifikasi produk untuk mengubah tandan kosong kelapa sawit ini menjadi material maju yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berdaya saing serta bisa substitusi impor,” terangnya dalam Pekan Riset Sawit Indonesia 2022 oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (20/10) di Medan.
Selain itu, imbuhnya, industri fashion berada di posisi kedua setelah kuliner. Kebutuhan manusia akan tekstil sangat luar biasa, bahkan Indonesia harus mengimpor bahan kapas hingga 90 persen.
“Keterbatasan kapas ini yang menginisiasi inovasi kapas buatan yang beredar di pasar. Sumbernya bisa dari eucalyptus, akasia dan bambu. Kelapa sawit harus turut hadir di dalam industri fashion sebagai bahan baku untuk mendukung kedaulatan tekstil Indonesia,” tambahnya.
Sebelum diolah, katanya, tandan sawit kosong memiliki potensi yang besar untuk menjadi bahan dengan karakteristik yang paling mendekati kapas. Setelah melalui uji bahan baku dan komposisi kimia, tandan kelapa sawit memiliki peluang untuk direkayasa menjadi kapas buatan yakni rayon viskosa dan benang piling.
“Tandan sawit kosong ini juga dibuat sebagai benang pilin untuk memperkaya khasanah budaya tenun Indonesia. Saat ini tenun dari ATBM (alat tenun bukan mesin) tidak ada yang berasal dari sawit. Ini adalah inovasi pertama, novelty kebaruan bahwa sawit hadir untuk future fashion,” jelasnya.
Ia menjelaskan, tandan sawit kosong diolah menjadi rayon viskosa melalui beberapa tahapan. Pertama dilakukan proses pra hidrolisis kemudian dicuci hingga pH netral. Selanjutnya melalui proses pemasakan untuk menghasilkan pulp untuk kemudian diuji dan diputihkan untuk mendekati derajat bahan kapas.
“Pulp tersebut kemudian diolah menjadi alkali selulosa kemudian diubah menjadi larutan viskosa. Lalu dijadikan rayon viskosa. Larutan ini yang menjadi bahan dasar pembuatan benang pilin. Adapun variasi benang pilin yang dihasilkan ada dua, original dan diwarnai secara alami dengan secang atau pewarna buatan. Benang pilin divariasikan menjadi empat diameter berbeda, kemudian ditenun dengan alat tenun ATBM sesuai dengan kebutuhan fashion,” pungkasnya. (MW/Zul)
Discussion about this post