Apakah teman-teman pernah melihat nasi berwarna biru? Atau teh yang berwarna keunguan? Warna biru atau ungu tersebut diperoleh dari sebuah tanaman, yaitu bunga telang. Tanaman telang yang memiliki nama latin Clitoria ternatea merupakan salah satu tanaman yang ditemukan seorang penjelajah bernama Jacob Breyne pada abad 17 di Pulau Ternate, Indonesia. Tanaman tersebut memiliki mahkota bunga melebar bagai sayap kupu-kupu dengan biji mirip kedelai sehingga Breyne terpesona pada tanaman tersebut. “Flos clitoridis ternatensibus,” ujar Breyne, yang berarti “Bunga clitoris dari Ternate!”. Lokasi ditemukannya tanaman membuat bunga menawan ini selanjutnya dinamai Clitoria ternatea yang berasal dari Ternate.
Selain sebagai pewarna alami pada masakan, tanaman telang telah banyak dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat Indonesia untuk meredakan batuk, mengatasi diare, hingga meningkatkan imunitas tubuh. Namun, terdapat salah satu khasiat hebat dari tanaman telang yang belum banyak diketahui dan diteliti, yaitu mencegah kerontokan rambut pada pria. Faktanya, 50% pria berusia 50 tahun mengalami kebotakan androgenik, yaitu kebotakan yang disebabkan oleh faktor hormon, yakni hormon testosteron (Sperling et al, 2018). Pada keadaan tidak normal, hormon testosteron yang berlebih dapat menyebabkan kerontokan rambut. Pada biji telang, terdapat senyawa beta-sitosterol yang mampu menghambat kerontokan rambut. Bahkan, jumlah beta-sitosterol pada bagian biji ini enam kali lebih banyak dibandingkan bagian bunganya.
Berbekal studi berbagai literatur, Tim PKM-Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Indonesia yang terdiri dari lima mahasiswa Fakultas Farmasi UI, yakni Vania Nathaniela (Farmasi 2019), Christsa Angela (Farmasi 2019), Patricia Felia Budijarto (Farmasi 2019), Yohan Baptista Adidharma Wilie (Farmasi 2020), dan Hosea Imanuel (Farmasi 2020), melakukan riset untuk mengetahui potensi biji telang dalam mencegah kerontokan rambut pada pria dengan melakukan pengujian kepada hewan coba atau yang biasa disebut dengan uji in vivo. Penelitian diawali dengan proses ekstraksi biji telang, dilanjutkan dengan pemberian ekstrak dengan variasi konsentrasi 20%, 40%, dan 80% pada permukaan kulit mencit jantan selama 10 hari.
Dorongan untuk mencari solusi atas permasalahan kerontokan rambut berawal dari keluhan sanak keluarga anggota tim yang mengalami kerontokan. “Ayah saya mengalami kerontokan rambut pada usia 52 tahun. Suatu sore, saya mengamati Ayah yang sedang menyiram tanaman telang di pekarangan rumah. Pada potret Ayah dan telang dalam satu frame, saya terpikirkan, apakah tanaman kesayangan Ayah bisa mengatasi keluhannya?” ujar Patricia. “Saya pun mengutarakan apa yang saya pikirkan kepada Vania dan Christsa. Kami mulai mendalami permasalahan ini dan bertarung dalam ajang PKM dengan membawa gagasan tersebut,” lanjutnya. Yohan dan Hosea segera membantu mencari literatur yang berkaitan dengan ide tersebut.
Berdasarkan hasil riset setiap variasi konsentrasi uji menunjukkan hasil positif secara visual untuk mencegah kerontokan rambut pada mencit. Walaupun demikian, pada konsentrasi 40%, area kerontokan dapat dinyatakan paling kecil dan paling mirip dengan kulit mencit yang diberikan obat penumbuh rambut, sehingga dinilai paling efektif. Tim berharap, riset ini dapat menjadi alternatif bagi permasalahan kerontokan rambut pada pria. Tanaman potensial ini perlu diberdayakan untuk kepentingan riset di masa mendatang.
Proses Ekstraksi Biji Telang
Discussion about this post