Universitas Hasanuddin melalui Fakultas Ilmu Budaya (FIB) kembali menyelenggarakan Konferensi Internasional bertajuk “The 9th International Conference ASBAM (Arkeologi, Sejarah, dan Budaya di Alam Melayu)” dengan mengusung tema “Exploring the Civilization and Socio-Cultural Dynamics in the Malay World”. Pembukaan dimulai sejak Rabu (27/10) dan berlangsung hingga Kamis (28/10) secara daring melalui aplikasi zoom meeting.
Hadir sebagai narasumber yakni Stephen Druce (UBD, Brunei), Ian Caldwell (UPD, Filipina), Kathryn Wellen (KITLV, Leiden), Martin Van Bruinessen (Utrecht, Belanda), Campbell Macknight (ANU, Australia), Zuliskandar Ramli (UKM, Malaysia) dan Fathu Rahman (Unhas, Indonesia).
Dekan FIB Unhas, Prof. Dr. Akin Duli, MA., mengatakan ASBAM merupakan konferensi internasional yang bertujuan menghimpun ilmuan dunia dari kalangan perguruan tinggi maupun lembaga riset ilmiah yang memiliki perhatian terhadap isu-isu Melayu-Nusantara.
ASBAM mempresentasikan hasil-hasil kajian ilmiah terbaru di bidang Arkeologi, Sejarah, Bahasa dan Budaya Alam Melayu. Juga bertujuan mewadahi terjalinnya komunikasi bagi ilmuwan, dosen, peneliti maupun pemerhati terhadap kajian yang dibahas sampai pada tingkat internasional.
“Isu mengenai Melayu-Nusantara semakin menarik perhatian berbagai kalangan untuk melakukan eksplorasi ilmiah. Itulah sebabnya, kajian tentang dunia Melayu di Nusantara, tidak terkecuali aspek Islam sebagai isu interdisipliner untuk dikomunikasikan dalam forum-forum ilmiah,” jelas Prof. Akin
Ada beberapa topik yang dikemukakan dalam konferensi ASBAM seperti pengelolaan cagar budaya, manuskrip peradaban dalam konteks terkini, gender, etnis, dan multikulturalisme dalam media, dinamika bahasa dan sastra di era pandemi, moderasi beragama dalam pemikiran dan praktiknya, serta tema lain yang relevan.
Pada penyelenggaraan hari kedua, Kathryn Wellen (KITLV, Leiden) sebagai salah satu narasumber menyampaikan pandangannya terkait “Exhuming Buried Stones: The Treaty of Timurung (1582) during the 17th and 18th Centuries”. Kathryn memaparkan hasil kajian mengenai perjanjian Timurung pada tahun 1582 yang kemudian mengikat tiga kerajaan besar di Sulawesi Selatan dalam satu persekutuan. Tiga kerajaan tersebut sepakat untuk saling membantu dalam menghadapi kesulitan yang mungkin dihadapi.
Materi lainnya juga disampaikan oleh Fathu Rahman (Unhas, Indonesia) terkait kajian yang dilakukan mengenai “Literature, Pandemic and Semiotics of Death”. Beliau mengatakan, setidaknya ada tiga kata kunci utama dalam kajian yang dilakukan yakni literatur, fenomena sosial dan pandemi. Beliau menambahkan, fakta dari tiga hal utama tersebut dapat terlihat di sekitar kita dengan sifatnya yang tidak menentu.
Penyelenggaraan ASBAM berlangsung lancar, setelah sesi pemaparan materi, kemudian dilanjutkan dengan sesi presentasi dari para peserta yang telah mengumpulkan paper yang telah dibuat. (*/mir)
Editor : Ishaq Rahman, AMIPR
Baca Juga : Dewan Pembina Seameo Biotrop Gelar Sidang
Discussion about this post