Nama Agus Setyo Muntohar, saintis dari Muhammadiyah masuk dalam daftar Top 2% World Ranking Scientists pada 20 Oktober 2021. Daftar 2% ilmuwan yang paling berpengaruh di dunia tersebut dirilis oleh Stanford University dan Elsevier BV. Data pemeringkatan ini disampaikan lewat publikasi ilmiah berjudul “Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standardized Citation Indicators”. Dari publikasi tersebut, ada sekitar 58 ilmuwan asal Indonesia, termasuk Agus Setyo Muntohar.
Mengenal Agus Setyo Muntohar
Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T. M.Eng.sc. Lahir di Purworejo, 14 Agustus 1975. Pendidikan sarjananya ditempuh di Universitas Gadjah Mada dan lulus tahun 1998. Pada jenjang magister, Agus kuliah di kampus University of Malaya jurusan Geotechnical Engineering hingga tahun 2001. Tahun 2008, Agus secara resmi mendapatkan gelar doktoralnya dari National Taiwan University of Science and Technology di jurusan yang sama yaitu Geotechnical Engineering.
Melihat latar pendidikan Agus, tidak heran bila bidang ilmu yang ditekuninya ialah Teknik Sipil dengan spesialisasi di bidang Ilmu Geoteknik. Dengan fokus kajian pada geoteknik, Agus mempelajari banyak hal terkait ilmu tanah terutama tentang longsor seperti pemodelan, prediksi, dan pengembangan sistem peringatan dini. Dari keahliannya ini, Agus telah menerbitkan puluhan artikel jurnal ilmiah dan beberapa buku. Misalnya, buku Rice Husk Ash Enhanced Lime-Stabilised Expansive Soils yang diterbitkan Lambert Academic Publishing, Germany tahun 2011.
Ilmu yang dimilikinya tidak hanya ditumpahkan dalam jurnal-jurnal internasional maupun buku-buku ilmiah, namun juga diaplikasikan langsung di lapangan masyarakat. Misalnya, pernah terlibat dalam pembuatan Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor di desa Wonolelo, Bantul; Pengerasan Jalan dengan Conblock di Dusun Trihanggo, Gamping; Assessment Bangunan Pasca-Gempa Bumi Dieng, Jawa Tengah; Perancangan Teknik Pembangunan Masjid di Dusun. Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Bantul; dan masih banyak lagi.
Saat ditanya apakah menjadi seorang ilmuwan adalah cita-cita masa kecilnya, Agus menjawab: tidak. Agus sejak kecil bercita-cita menjadi jenderal karena ayahnya seorang tentara infanteri. Ketika Sekolah Menengah Atas (SMA), Agus sempat mendaftar calon taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia alias AKABRI (kalau sekarang Akademi Militer atau AKMIL). Namun sayangnya gagal, dan Allah memberikan jalan lain untuk menempuh kuliah di Teknik Sipil Universitas Gajah Mada (UGM).
Sejak kulaih di UGM, Agus mulai tertarik menjadi dosen. Bahkan saat menjadi mahasiswa, bakat Agus dalam penelitian mulai terlihat. Dirinya pernah meraih juara bidang karya tulis ilmiah mahasiswa tingkat nasional (kalau sekarang semacam Program Kreativitas Mahasiswa alias PKM). Berkat kejeniusannya, Agus pernah ditawari sebagai dosen di UGM, padahal saat itu dirinya masih berstatus sebagai mahasiswa semester akhir. Namun karena sesuatu hal, Agus memilih berkarier di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Keseharian Agus Setyo Muntohar
Keseharian Agus di rumah sebagai ayah dari tiga orang anak. Dirinya senantiasa memberikan contoh dan semangat kepada anak-anaknya agar terus belajar dan menggapai cita-cita. Di kantor, Agus sebagai seorang dosen di jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), namun lebih banyak menghabiskan waktu di laboratorium. Di laboratorium ini baik di kampus maupun lapangan, Agus selalu membimbing dan mendampingi mahasiswa dalam melakukan eksperimen.
Jika ditanya berapa lama di laboratorium, dapat dikatakan dari pagi hingga sore, minimal dua jam Agus harus meyempatkan diri menyapa para mahasiswa dan mengecek hasil-hasil eksperimen atau memeriksa peralatan laboratorium. Keterdekatannya dengan mahasiswa ini, mampu mengantarkan beberapa di antara mahasiswanya studi di luar negeri terutama di universitas yang telah mengenal baik diri Agus seperti di Taiwan, Thailand, Jepang, dan China.
Keberhasilan Agus sebagai ilmuwan ini dapat dikatakan karena sebagian besar penelitiannya dibantu oleh para mahasiswa. Sehingga seringkali Agus mengajak mahasiswanya seminar nasional bahkan internasional, dan yang menyajikan makalahnya juga adalah mahasiswa. Beberapa kali mahasiswanya ini meraih ‘best presenter’ bahkan ‘best paper’. Baginya, itulah cara terbaik dalam mengajarkan ilmu dan memberikan pengalaman kepada mahasiswa.
Namun aktivitas di laboratorium ini tidak melupakan Agus untuk ikut aktif sebagai takmir Masjid KH. Ahmad Dahlan UMY. Karena hal ini dapat menyeimbangkan olah pikir dengan olah batin (spiritual). Secara rutin juga di kampus, Agus masih menyempatkan olahraga badminton, sepakbola, voli Bersama dosen/karyawan. Di masyarakat, Agus aktif di Pimpinan Ranting Muhammadiyah Taman Tirto Selatan di bidang Kaderisasi, sesekali memberikan pengajian umum dan rutin mengisi khutbah jumat. Dari masyarakat inilah Agus belajar olah rasa. Jadi olah pikir (penelitian), olah batin, olah raga, dan olah rasa ini menjadi kombinasi ideal dalam kehidupan Agus sehari-hari.
Kehidupan Seorang Ilmuwan
Saat ditanya, apakah menjadi seorang ilmuwan terjamin kehidupan dasarnya, Agus menjawab bahwa menjadi ilmuwan itu bukan perkara penghidupan tetapi untuk kehidupan. Pengalaman Agus saat postdoctoral dan sebagai Senior Lecturer di Curtin University of Technology, seorang ilmuwan atau dosen bisa memadai penghidupannya dan penghargaannya. Termasuk pula besarnya dana penelitian. Namun, apa yang Agus alami selama lebih dari 20 tahun sebagai dosen dan ilmuwan harus bisa mencukup-cukupkan untuk hidup.
“Yang terpenting adalah selalu mensyukuri apa yang diperoleh dan tersenyum. Dalam ungkapan ‘Akeh durung mesti cukup setitik durung mesti kurang, ojo mburu seneng nanging, mburu ayem nerimo ing pandum tansah eling lan syukur’,” kata Agus.
Bila ada kader-kader Muhammadiyah yang ingin mengikuti jejak langkahnya, Agus menyatakan bahwa Muhammadiyah ini adalah asset ummat dan bangsa yang sangat besar. Sehingga harus terus merawat dan membesarkannya dengan kemampuan masing-masing yang dimiliki. Bisa dengan karya-karya di berbagai macam bidang atau mengabdi dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Aspek terpentingnya menurut Agus ialah tidak mengharapkan apa-apa dari Muhammadiyah, tetapi memberikan yang terbaik untuk Muhammadiyah, untuk ummat, dan untuk bangsa.
Membaca kabar dirinya masuk dalam deretan ilmuwan dunia paling berpengaruh, Agus mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt. Hal ini menjadi pembuktian bahwa ilmu yang dimilikinya bermanfaat bagi khalayak luas.
Ilham Ibrahim
Baca Juga : Walikota Semarang Raih Gelar Doktor FISIP UNDIP
Discussion about this post