Karbon aktif biasa digunakan untuk mengurangi polutan Volatile Organic Compound (VOC) di udara bebas akibat aktivitas sektor industri bahan bakar fosil. Pemanfaatan ini dibahas lebih lanjut oleh profesor asal National Taiwan University, Prof Hsing-Cheng Hsi PhD, dalam kuliah tamu Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang bertajuk Recent Air Issues in Air Pollution and Control Technologies.
Hsi mengungkapkan, karbon aktif dipilih karena memiliki kemampuan adsorpsi atau penyerapan partikel yang sangat baik, termasuk partikel VOC. Partikel yang diserap nantinya akan tertahan ke dalam pori-pori karbon. “Pori-pori karbon yang sangat luas ini mampu menyaring dan menahan partikel dalam berbagai ukuran, mulai dari yang kecil hingga besar,” terangnya.
Lebih lanjut Hsi menambahkan, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan karbon aktif agar bisa digunakan dengan maksimal sesuai fungsinya. Tiga hal tersebut diuraikan Hsi yaitu meningkatkan kapasitas dan kinetik adsorpsi, meningkatkan daya pelepasan partikel oleh karbon (desorpsi), dan mengembalikan fungsi karbon secara efektif serta efisien.
Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa peningkatan kapasitas adsorpsi karbon bisa dilakukan dengan cara menciptakan karbon berpermukaan luas. Sedangkan kinetik adsorpsi yang baik, menurutnya bisa didapat melalui upaya pengaturan ukuran karbon dan pori-porinya secara keseluruhan.
Pria berkacamata ini menambahkan bahwa kapasitas dan kinetik adsorpsi yang baik harus disertai dengan daya desorpsi yang baik pula. Sebab, jika daya desorpsi berhasil melepaskan VOC dari karbon dengan sangat baik, maka karbon bisa digunakan kembali pada keadaan yang baik serta pori-pori yang kosong.
Kemudian, ia memaparkan beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mendukung daya desorpsi karbon, seperti steam regeneration, electrothermal swing system, dan microwave swing adsorption. “Pemilihan teknik yang tepat dan efektif akan mempengaruhi kembalinya fungsi karbon seperti semula,” terangnya.
Di akhir materi, Hsi menyatakan bahwa berbagai upaya untuk mengurangi VOC melalui teknologi terkini harus terus diteliti dan diterapkan. Bersama pemerintah Taiwan, kini dirinya terus berupaya mengembangkan metode-metode terkait adsorben karbon yang bisa mengurangi polutan VOC. “Semoga ke depannya, Indonesia dengan industri fosilnya yang masif bisa bersama-sama memerangi VOC, salah satunya dengan pertukaran ilmu seperti ini,” pungkasnya. (ITS)
Reporter : Irwan Fitranto
Redaktur: Fatih Izzah
Baca Juga : Pakar UGM: Varian Delta Plus Bagian dari Mutasi Alamiah SARS-CoV-2
Discussion about this post