Hikmah dalam Ilmu Keislaman
1. Hikmah dalam Filsafat
Salah satu arti kata hikmah adalah ‘tali kekang.’ Tali kekang dipakai pada kuda untuk mengendalikan kuda agar berjalan sesuai arahan kusir.
Manusia, menurut pengertian orang dulu, adalah ‘hewan yang berakal.’ Pengendali kemanusiaan, yang membedakan manusia dari hewan adalah akal. Oleh karena itu, bagi filisuf muslim, keluhuran manusia adalah melalui filsafat, yang menjabarkan ajaran agama.
Para filosuf zaman dulu berusaha mencari kebijaksanaan. Inti dari mendidik manusia adalah agar menjadi bijaksana dan adil. Adil diartikan menempatkan sesuatu pada tempatnya.Hanya orang berakal yang bisa memiliki watak adil dan menjauhi sikap zalim.
Para filosuf yang mengajarkan kebijaksanaan itu disebut hakim atau hukama . Mereka berusaha memahami hakekat manusia, semesta dan Tuhan.
Pembahasan mengenai hakekat wujud disebut metafisika atau pemahaman tentang apa yang sebenarnya di balik realitas. Mullah Sadra atau Shadruddin al-Syirazi menyebut filsafat metafisiknya sebagai hikmah muta’aliyah (hikmah transenden/ di luar atau di balik realitas).
Sementara itu, cara mengembangkan kebijaksanaan manusia adalah melalui etika, yaitu ilmu mengenai baik dan buruk. Para filosuf muslim punya perhatian terhadap masalah etika, seperti Ibnu Miskawaih dan al-Ghazali.
Baca Juga : Ilmu Hikmah menurut Dosen FISIP UIN Walisongo Semarang – Bagian 1
Discussion about this post