Akhir-akhir ini orang ramai perbincangan mengenai Marsel Si Pesulap versus Samsudin dari Padepokan Nur Dzat Sejati. Kita tidak ingin membuat keruh dengan perdebatan praktik-praktik pengobatan tertentu yang dituduh kebohongan atau justru kehebatan spiritual.
Namun di tengah keriuhan tersebut muncul pula perbincangan tentang ilmu hikmah. Ada yang menegaskan pentingnya ilmu hikmah dan ada pula yang menyangka ilmu hikmah adalah klenik.
Ada pula yang punya persepsi orang-orang yang berilmu hikmah tampilannya aneh-aneh atau perilakunya jadi aneh. Semakin aneh perilaku orang, semakin dianggap tinggi ilmu hikmahnya. Tetapi, pada zaman Nabi Muhammad para sahabat perilakunya normal saja. Hanya tingkat keimanan, ibadah, dan perjuangannya yang menjadi parameter keunggulan ke-Islam-an mereka.
Hikmah dalam Alquran
Ilmu hikmah sendiri di kalangan ulama salaf tidak berhubungan dengan praktik mistik.
Hikmah pada generasi salaf muslim dimaknai dalam beberapa pengertian. Kata hikmah sendiri berulangkali disebutkan dalam Alquran. Nabi diutus untuk membacakan ayat-ayat Allah, membersihkan diri umat beriman, mengajarkan kitab dan hikmah (al-Baqarah 151).
Hikmah diberikan Allah kepada siapa yang dihendaki-Nya. Barang siapa diberikan hikmah maka ia telah diberi kebaikan yang banyak (al-Baqarah 269).
Pada ayat pertama, hikmah diartikan sebagai sunnah dan pemahaman agama. Pada ayat kedua, hikmah berarti Alquran dan pemahaman terhadap Alquran. Ada pula yang memaknainya sebagai mencapai kebenaran atau fikih atau akal. Hal itu dijelaskan oleh Imam Jarir al-Thabari, yang pernah belajar pada murid Imam Syafii, dalam tafsirnya.
Pada perkembangannya, hikmah diartikan pula sebagai kebijakan. Tokoh hikmah dalam Alquran adalah Lukman Hakim. Nasehat Lukman diterangkan dalam surat Luqman, di antaranya tidak boleh menyekutukan Allah, berbakti pada orang tua, mendirikan shalat, berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran, sabar menghadapi ujian dan menjauhi sifat sombong.
Ada pula kisah-kisah yang dikaitkan dengan Lukman Hakim dari sumber-sumber di luar Alquran yang disebut sebagai hikmah Lukman Hakim. Seperti Lukman Hakim mengajak anaknya bepergian dengan keledai untuk melihat pendapat masyarakat. Meskipun keledai itu dinaiki bersama, dinaiki salah satu antara Lukman dengan anaknya, atau tidak dinaiki ternyata mereka tetap mendapat celaan.
Penulis : Dr. Ahwan Fanani, M.Ag ( Dosen FISIP UIN Walisongo Semarang)
Baca Juga : Dosen FAI UM Surabaya Paparkan Hikmah Mengapa Allah SWT Melarang Praktik Riba
Discussion about this post